Salah satu pertanyaan filosofis yang sering ditanyakan adalah, "Siapakah manusia itu?" Berbagai teori dipaparkan, namun pemaparan Alkitab tentang masalah ini sudah sangat jelas. Tuhanlah Pencipta manusia. Dengan keagungan dan kemuliaan, Tuhan sebagai Pencipta telah berkarya pada diri manusia sebagai ciptaan-Nya. Tuhan menciptakan manusia hampir sama seperti Allah, dan manusia berkuasa atas ciptaan Tuhan yang lain (8:5-8). Namun, jelas bahwa manusia tidak memiliki kemampuan dan kehebatan yang sempurna. Manusia unggul atas seluruh ciptaan Tuhan yang lain, tetapi tidak sama sempurna seperti Allah. Status manusia adalah ciptaan yang berarti bahwa ada yang melebihi dan mengungguli manusia, yaitu Sang Pencipta. Hal ini harus terus disadari agar manusia tidak mencoba menjadi (menyamai) Sang Pencipta. Manusia memiliki kelemahan dan keterbatasan secara fisik (bisa sakit dan mati, kembali menjadi debu); memiliki keterbatasan intelektual dan pengetahuan (tidak maha tahu); menghadapi keterbatasan waktu (tidak maha hadir); dan keterbatasan lain. Sadarilah hal itu agar sebagai manusia ciptaan Allah, kita tidak sombong dan angkuh dengan mengabaikan dan menolak Allah.
Bagaimana manusia seharusnya merespons Allah? Manusia harus bersyukur karena hanya manusialah yang diberi kemampuan dan anugerah untuk merespons kehendak, perintah dan penyataan Allah. Manusia dapat merespons melalui penyembahan, pujian, dan semua karya yang dapat dihasilkan manusia yang ditujukan kepada Allah. Tepatlah seruan pemazmur, "Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!" (8:9; 9:1-12). Bersyukurlah selalu dan berikanlah respons terhadap karya Allah pada diri kita! [FW]
"Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib; aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi nama-Mu, ya Mahatinggi." Mazmur 9:2-3