Salah satu tempat yang menyimpan sejarah mendalam bagi orang Israel adalah Gilgal, tempat mereka mendirikan dua belas batu peringatan yang diambil dari dasar sungai Yordan (4:5-7, 20). Di situ pula, mereka merayakan Paskah untuk pertama kalinya setelah berkeliling empat puluh tahun di padang gurun (5:10). Di Gilgal, mereka tidak lagi memperoleh manna sebab mereka telah mulai memakan hasil negeri itu (5:12). Gilgal menjadi tempat Allah mengikat perjanjian dengan orang Israel melalui sunat (5:2-7).
Sunat merupakan tanda bahwa orang Israel adalah umat Allah dan bahwa Allah berkenan menjadi Tuhan dan Panglima mereka. Peristiwa sunat di dalam pasal 5 ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam konteks perjanjian Allah dengan Abraham - Bapa leluhur mereka (Kejadian 17:9-11). Itulah sebabnya, Yosua kemudian menyunat seluruh laki-laki bangsa Israel. Selanjutnya, sunat menjadi sebuah kewajiban bagi setiap anak laki-laki bangsa Israel yang menandai bahwa mereka adalah anggota umat Allah.
Apakah sunat masih berlaku sampai hari ini? Ya! Namun bukan dalam arti sunat lahiriah seperti yang dilakukan oleh umat Allah pada masa Perjanjian Lama, melainkan sunat batiniah atau sunat Kristus, yaitu kita menanggalkan tubuh yang berdosa (Kolose 2:11). Jika sunat adalah tanda perjanjian Allah dengan umat-Nya, maka penting sekali bagi orang percaya pada saat ini untuk mengalami sunat dalam Kristus, yakni hidup menanggalkan dosa dan berjalan dalam terang kebenaran firman Tuhan. Dengan demikian, Kristus semakin nyata dalam kehidupan orang percaya dan banyak orang melihat Kristus yang hidup melalui ketaatan akan firman Tuhan[SL]
"Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya." Galatia 6:15