Krisis kurangnya kasih persaudaraan melanda dunia sejak Adam jatuh dalam dosa dan makin terasa saat ini. Kasih makin tertuju pada diri sendiri: diri-ku, keluarga-ku, pelayanan-ku, gereja-ku, dan seterusnya. Di sisi lain, secara global, walaupun ada pengecualian, kasih persaudaraan yang tertuju pada orang lain makin terkikis: diri-mu, keluarga-mu, pelayanan-mu, atau gereja-mu. Makin banyak orang yang tidak peduli, makin banyak orang yang tidak tenggang rasa, dan makin banyak orang yang mencari untung sendiri.
Peristiwa memalukan di Gibea menunjukkan kemerosotan moral dan kemerosotan persaudaraan yang sangat dalam di Israel. Orang-orang dursila tidak peduli dengan orang lain, termasuk dengan bangsanya sendiri. Demi memuaskan hawa nafsu, mereka ingin memperkosa orang Lewi itu, sampai akhirnya gundik orang Lewi itu dikorbankan dan diperkosa sampai mati. Kemerosotan iman mengakibatkan kemerosotan moral masyarakat Israel.
Paulus menyatakan bahwa iman kepada Yesus Kristus dan kasih persaudaraan ada dan harus bertumbuh secara bersama (Efesus 1:15; Kolose 1:4; 1 Tesalonika 3:6; 2 Tesalonika 1:3; Filemon 1:5). Seorang percaya yang bertumbuh dalam iman dan kerohanian seharusnya bertumbuh juga dalam kasih persaudaraan yang nyata dalam perilaku seseorang. Cara kita memperlakukan orang lain menunjukkan kualitas iman dan kerohanian kita. Yohanes menyimpulkan bahwa kita tak bisa mengaku mengasihi Allah (hal kerohanian) tanpa mengasihi sesama (hal tindakan) (1 Yohanes 4:19-20). Bertumbuhkah kita dalam iman dan kerohanian? Tunjukkanlah kasih persaudaraan bagi orang-orang di sekitar kita. [CA]
"Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah kar ena kamu, saudara-saudara. Dan memang patutlah demikian, karena imanmu makin bertambah dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu." 2 Tesalonika 1:3