Apakah reaksi Anda ketika orang lain berbuat jahat kepada Anda? Norma (aturan) dunia mengajarkan bahwa kejahatan harus dibalas dengan kejahatan. Namun, norma tersebut tidak diterapkan oleh Paulus atas perilaku para guru palsu yang telah menyakiti dia serta jemaat Korintus (2:5-11). Surat ini dilatarbelakangi oleh kekacauan yang ditimbulkan sekelompok guru palsu yang mengajarkan "Injil" yang palsu serta menghasut jemaat untuk melawan Paulus dengan menolak kerasulannya. Tindakan itu membuat Paulus serta jemaat Korintus menjadi sedih. Sekalipun demikian, Paulus tidak membalas dendam. Dia justru menasihati jemaat Korintus untuk mengampuni dan menghibur para penghasut itu (2:7)--setelah mereka diberi tegoran secukupnya agar menyadari kesalahan mereka dan bertobat (2:6)--sebagaimana ia sendiri sebelumnya juga sudah mengampuni mereka di hadapan Kristus (2:10).
Tindakan pengampunan Paulus dilandasi oleh dua hal penting: Pertama, pengampunan adalah wujud ketaatan yang utuh kepada Kristus yang mengajar orang percaya untuk mengasihi musuh dan mendoakan orang yang menganiaya mereka (2:9; bandingkan dengan Matius 5:44). Kedua, keengganan mengampuni akan menciptakan kesedihan yang lebih mendalam, yang akhirnya menguntungkan Iblis yang menghendaki kekacauan dalam kehidupan bergereja (2:11).
Dalam gereja pada masa kini, bisa saja muncul guru palsu yang menghasut jemaat untuk kasus yang berbeda. Mungkin saja kita disalahpahami, disakiti, bahkan dikhianati oleh rekan sepelayanan. Bila hal itu terjadi, ingatlah nasihat Paulus agar kita mengampuni, karena balas dendam akan menimbulkan kekacauan lebih besar yang menguntungkan Iblis. [TF]
"Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat." 1 Petrus 3:9