Banyak orang salah duga karena menyangka bahwa melayani Tuhan pasti membuat Tuhan berkenan terhadap diri kita. Padahal, Tuhan lebih berkenan pada pribadi kita, bukan pada pelayanan kita. Pribadi Samuel membuat ia disukai Allah (2:26). Samuel hidup pada zaman saat penglihatan dan nubuat jarang terjadi di Israel, sehingga ia belum peka terhadap suara Tuhan dan menyangka panggilan Tuhan sebagai suara Imam Eli. Panggilan Tuhan terhadap Samuel kontras dengan apa yang dialami Imam Eli dan keluarganya. Di satu sisi, Allah berkenan atas Samuel yang masih muda. Di sisi lain, Allah murka terhadap Imam Eli dan keluarganya. Ironisnya, setelah diberitahu Imam Eli bahwa yang memanggilnya adalah Tuhan, justru firman Tuhan berisi nubuat penghukuman bagi keluarga Imam Eli yang berdosa di hadapan Tuhan. Terhadap berita penghukuman itu, Imam Eli bersikap pasrah, "Dia TUHAN, biarlah diperbuat-Nya apa yang dipandang-Nya baik" (3:18).
Sangat disayangkan jika seorang yang setiap hari melayani di rumah Tuhan justru dihukum Tuhan karena membiarkan dosa anak-anaknya dan tidak memarahi mereka (3:13). Tuhan tidak mau hamba-hamba-Nya meremehkan dosa. Sementara Imam Eli menerima konsekuensi dosanya, Samuel justru tumbuh menjadi pribadi yang berkenan dan disertai Tuhan. Membiarkan dan meremehkan dosa adalah kekejian serius di mata Tuhan. Banyak orang Kristen yang sering mengabaikan dan meremehkan dosa. Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa imam yang melayani pun dihukum Tuhan karena meremehkan dosa. Tuhan serius saat berurusan dengan dosa. Jadilah pribadi yang berkenan kepada Tuhan dengan membangun kepekaan terhadap godaan dosa dalam hidup Anda. [FI]
"Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur." 1 Samuel 3:19