Ketidakberesan seseorang secara rohani akan tercermin dalam tutur kata dan tindakannya yang tidak peka terhadap dosa. Hal ini terlihat jelas dalam diri Raja Saul yang membuat keputusan tanpa mencari kehendak Allah. Begitu mendengar terjadinya kegentaran di kemah pasukan Filistin karena Allah, Saul (yang semula berencana meminta petunjuk Tuhan) langsung memimpin peperangan melawan bangsa Filistin untuk membalas dendam (14:18-19). Ia berambisi untuk mengembalikan kepercayaan rakyat Israel atas dirinya. Ambisi ini membuatnya mengucapkan sumpah atau kutukan yang melarang seorang pun makan sesuatu sebelum matahari terbenam tanpa alasan yang jelas (14:24). Hal ini merugikan pasukan Israel dan akhirnya membuat rakyat berbuat dosa (14:33). Ambisi tersebut membuat imam harus mengingatkan Saul untuk meminta petunjuk Allah lebih dulu. Meskipun Saul akhirnya bertanya kepada Allah, namun tidak ada konfirmasi dari Allah (14:36b-37).
Karena merasa diri benar dan curiga atas diamnya Allah, Saul meminta imam untuk membuang undi guna menentukan siapa yang salah. Ternyata sumber masalahnya adalah bahwa Yonatan telah meminum madu hutan karena tidak mengetahui sumpah ayahnya. Sekalipun demikian, karena pembelaan rakyat, Yonatan dibebaskan dari hukuman. Akan tetapi, Saul tidak pernah merasa bahwa dirinyalah yang berdosa terhadap Allah.
Orang yang menjauh dari Allah tidak akan peka terhadap dosa. Ia bisa peka terhadap kesalahan orang lain, tetapi tidak peka terhadap diri sendiri. Ia menganggap dirinya baik-baik saja dan benar, sampai kehancuran dirinya. Periksalah kerohanian Anda agar Anda tidak terperosok ke dalam berbagai dosa yang menghancurkan diri sendiri tanpa Anda sadari. [FI]
"Sesungguhnya mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan." 1 Samuel 15:22b