Narasi pertemuan awal antara Saul dan Daud penuh dengan catatan akan hal-hal yang kontras. Kontras pertama, Roh TUHAN berkuasa atas Daud (16:13), tetapi Roh TUHAN mundur dari Saul (16:14). Akibatnya, roh jahat diizinkan Allah untuk membuat Saul merasa tidak nyaman di hati. Untuk mengatasi hal itu, harus ada orang yang bermain kecapi. Oleh karena itu, Daud yang pandai main kecapi pada akhirnya diundang ke istana untuk melayani Raja Saul yang sering gundah karena gangguan roh jahat tersebut. Inilah pertemuan antara raja dan calon raja pengganti yang diatur oleh Allah. Kontras kedua, ketika barisan pasukan Filistin dengan pendekarnya yang bernama Goliat datang untuk berperang dengan pasukan Israel. Raja Saul sebagai pemimpin perang Israel merasa ketakutan (17:11), sedangkan Daud--dengan keberanian dari Allah--tampil untuk menghadapi Goliat (17:45-47). Perbedaan sikap itu disebabkan karena Daud percaya bahwa Allah tidak akan membiarkan Israel, sedangkan Raja Saul tidak yakin. Kontras ketiga, seharusnya Raja Saul yang mengenakan baju perang menghadapi barisan tentara Filiistin, tetapi pakaian itu justru hendak dikenakan Saul kepada Daud yang tidak memiliki rekam jejak sebagai panglima perang (17:38).
Jika manusia melihat fisik dan performa sebagai penilaian, maka Tuhan melihat hati terlebih dulu. Penolakan Allah atas Raja Saul bukan karena ia tidak mampu memimpin, tetapi karena ia tidak memiliki hati yang murni percaya dan mengandalkan Tuhan. Sebaliknya, Daud diperkenan oleh Tuhan karena ia percaya dan mengandalkan Tuhan. Milikilah kemurnian hati di hadapan Tuhan karena itulah yang dicari Tuhan agar kita diperkenan oleh-Nya. [FI]
"Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." 1 Samuel 16:7b