Hal yang lumrah kalau kita geram saat disakiti. Akan tetapi, haruskah kita membalas dendam terhadap mereka yang menyakiti kita? Meskipun Raja Saul mengejar-ngejar dengan maksud hendak membunuh Daud, Daud tidak menganggap Raja Saul sebagai musuh yang harus disingkirkan. Setelah move on (bangkit) dari keterpurukannya, Daud menganggap bangsa Filistin sebagai musuh Allah yang harus ia perangi. Atas perkenanan Allah, ia berperang di Kehila dan mengalahkan bangsa Filistin. Akan tetapi, keberadaan Daud terendus oleh Saul, sehingga Daud melarikan diri ke padang gurun Zif. Ternyata selalu ada orang yang melaporkan keberadaan Daud, sehingga Daud harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain, sampai keduanya secara tidak terduga bertemu di kubu gunung En-Gedi. Pertemuan itu terjadi saat Saul hendak membuang hajat dan ia masuk ke gua tempat Daud bersembunyi. Para pengikut Daud memberi tahu bahwa inilah saat yang tepat untuk membunuh Saul, tetapi Daud hanya memotong punca (ujung) jubah Saul dan tidak membunuhnya (24:5).
Daud sadar bahwa meskipun Allah telah mengurapinya sebagai raja, ia tidak boleh mendahului rencana Allah untuk memperoleh posisi sebagai raja dengan membunuh Saul yang telah diurapi Allah sebagai raja. Ia menanti waktu yang ditetapkan Tuhan, sehingga ia memilih untuk membiarkan Saul hidup. Walaupun ada banyak alasan untuk memanfaatkan kesempatan dengan membalas dendam kepada orang yang memfitnah dan menyakiti kita, kita harus sadar bahwa membalas dendam tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita harus sabar dan menanti Tuhan bertindak. Percayalah kepada-Nya, karena waktu-Nya adalah yang terbaik bagi kita. [FI]
"Maka Daud tinggal di padang gurun, di tempat-tempat perlindungan. Ia tinggal di pegunungan, di padang gurun Zif. Dan selama waktu itu Saul mencari dia, tetapi Allah tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya." 1 Samuel 23:14