Orang Majus adalah cendekiawan dan hartawan yang memiliki kedudukan penting di negeri asal mereka. Perjalanan mereka menuju Betlehem untuk mencari Yesus sangat berbahaya. Mereka harus mengarungi padang gurun yang luas selama berbulan-bulan, karena ketika sampai di Betlehem, Yesus sudah berusia sekitar dua tahun. Hal ini dihitung berdasarkan perintah raja Herodes membunuh anak berusia dua tahun ke bawah di seluruh Betlehem dan sekitarnya setelah ia sadar telah diperdaya oleh para Majus (2:16-18).
Alasan yang membuat para Majus bersusah payah mempertaruhkan nyawa untuk mencari bayi yang baru dilahirkan adalah kesadaran bahwa bayi tersebut lebih dari sekadar seorang raja biasa. Tiga persembahan yang mereka siapkan menjelaskan pengenalan mereka akan bayi yang mereka cari tersebut, yakni: emas sebagai persembahan kepada seorang raja, kemenyan sebagai persembahan kepada yang bersifat Ilahi, dan mur sebagai bahan membalsam mayat. Tidak mengherankan kalau para Majus bersedia menantang bahaya untuk mencari Yesus, karena mereka tahu bahwa bayi tersebut adalah Raja Sorgawi yang datang untuk mati menjadi Juruselamat umat manusia. Segala jerih lelah mereka berubah menjadi sukacita yang besar ketika mereka bertemu Yesus (2:10).
Kisah para Majus mengantar kita kepada dua refleksi iman: Pertama, apakah kita--yang tidak perlu menempuh perjalanan membahayakan nyawa untuk bertemu Yesus--mau mencari dan menyembah Dia setiap hari? Kedua, apakah kita hanya mengenal Yesus sebagai Juruselamat yang menjadi Penolong setia setiap saat atau kita bersedia menerima Dia sebagai Raja dan Tuhan dalam kehidupan kita? [TF]
"Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." Matius 2:2