Bacaan Alkitab hari ini merupakan celaan terhadap para pemabuk Efraim (28:1, 3). Sebutan "Efraim" bukan hanya menunjuk kepada suku Efraim, tetapi menunjuk kepada bangsa Israel Utara yang diwakili oleh Efraim sebagai suku yang dominan saat itu. Yang menambah masalah adalah bahwa para pemabuk itu bukan hanya rakyat biasa, tetapi juga para imam dan nabi (28:7). Bayangkan betapa kacaunya keputusan yang diambil pada saat para pengambil keputusan dalam keadaan mabuk (perhatikan kata "goyang" dalam 28:7). Mereka bermabukmabukan karena mereka bersenang-senang (berpesta) sampai melampaui batas (28:8). Keadaan semacam itu membuat para pemimpin (termasuk imam dan nabi) tidak bisa membimbing rakyat untuk menempuh jalan yang benar dan Tuhan memakai orang yang berlogat ganjil dan berbahasa asing (bangsa Asyur) untuk menegur (menghukum) bangsa Israel dengan kekuatan militer (28:11).
Seharusnya pengalaman bangsa Israel Utara itu merupakan peringatan bagi bangsa Yehuda agar mereka bertobat supaya tidak mengalami nasib yang sama. Sayang, pemikiran para pemimpin Yehuda (di Yerusalem) amat kacau sehingga mereka justru mencemooh (meremehkan) peringatan Tuhan (28:14) serta mengatakan bahwa mereka telah membuat perjanjian dengan maut serta dunia maut atau sheol (kata Ibrani yang berarti "dunia bawah", yaitu tempat orang mati dalam sudut pandang orang Yahudi pada masa Perjanjian Lama, 28:15). Menurut pendapat Anda, apakah bencana alam dan kejahatan yang semakin meningkat saat ini bisa dipandang sebagai peringatan Allah agar umat Allah lebih taat kepada firman Allah dan lebih bergantung kepada Allah? [P]
"Oleh sebab itu, janganlah kamu mencemooh, supaya tali belenggumu jangan semakin keras, sebab kudengar tentang kebinasaan yang sudah pasti yang datang dari Tuhan ALLAH semesta alam atas seluruh negeri itu." Yesaya 28:22