Selasa, 22 April 2014
Bacaan Alkitab hari ini: 2 Raja-raja 20
Acap kali doa atau pelayanan yang kita lakukan memiliki motivasi yang bersifat egosentris (berpusat pada kepentingan pribadi). Kisah Raja Hizkia memberikan pelajaran penting bagi kita. Ketika ia jatuh sakit dan hampir mati, ia berdoa dengan sungguh-sungguh sampai menangis keras (20:2-3). Ia memohon agar Tuhan mengingat kesetiaan dan kebaikannya, dan kemudian menyembuhkannya. Namun, doa Raja Hizkia yang disertai oleh tangisan air mata ini kemudian disusul dengan tindakan meminta tanda kesembuhan dari Tuhan (20:8-11). Ia tidak berdoa dengan iman! Ia berdoa karena ia sangat ingin sembuh dan tidak mau mati. Doa Raja Hizkia adalah doa yang bersifat egois. Keegoisan Raja Hizkia bukan hanya dapat dilihat dari doa yang ia naikkan dan tanda yang ia minta kepada Tuhan, melainkan juga dari tindakannya memperlihatkan seluruh perbendaharaannya tanpa terkecuali ketika ia menyambut kedatangan utusan raja Babel.
Dengan memperlihatkan seluruh isi istana kepada utusan raja Babel berarti Raja Hizkia membuka tali persahabatan dan persekutuan dengan raja Babel—sesuatu yang sangat ditentang oleh para nabi. Ketika Nabi Yesaya menegur tindakannya dan menubuatkan tentang apa yang akan terjadi karena tindakannya itu, Hizkia berpikir, “asal ada damai dan keamanan seumur hidupku!” (20:19). Sungguh, pemikiran seperti itu adalah pemikiran yang sangat egois dari seorang Raja Yehuda yang merasa bahwa dirinya setia, tulus, dan baik. Namun, pertanyaannya adalah, “Mengapa Tuhan mengabulkan doa Raja Hizkia dan menolong dia?” Jawabannya adalah karena Allah mengingat perjanjian yang telah Ia berikan kepada umat-Nya, terlebih kepada Daud—leluhur Hizkia (20:5). Kesetiaan Tuhan seharusnya membuat kita tidak berfokus pada diri sendiri—melainkan pada Tuhan—dalam doa dan pelayanan kita. [WY]
Mazmur 112:1
“Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN,
yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.”