Saat Nabi Elia berada di pihak Allah dan bertarung melawan para nabi Baal, jelas terlihat bahwa Allah membela Nabi Elia sehingga akhirnya para nabi Baal yang telah menyesatkan rakyat itu berhasil dibunuh. Sekalipun demikian, perjuangan Nabi Elia itu telah membuat dia merasa sangat lelah, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara mental dan emosional. Oleh karena itu, saat Izebel ingin membunuh dia, Nabi Elia sudah kehilangan semangat dan keberanian untuk bertarung. Sang nabi yang perkasa itu akhirnya melarikan diri dalam keadaan putus asa, bahkan dia sampai meminta Tuhan mengambil nyawanya (19:1-4). Menurut Anda, apakah Allah marah ketika melihat Nabi Elisa merasa putus asa, bahkan depresi, sehingga ia kehilangan semangat untuk menghadapi masalah? Tidak! Allah mau memahami keadaan Nabi Elia. Allah selalu peduli terhadap anak-anak-Nya, bukan hanya saat kita berjuang untuk Dia, tetapi juga saat kita putus asa.
Cara Allah memulihkan keadaan Nabi Elia mencerminkan cara memulihkan kondisi seorang yang sedang dalam keadaan putus asa: Pertama, menyuruh Nabi Elia makan dan minum, serta tidur (19:5-8) untuk memulihkan kondisi fisiknya. Kedua, menyuruh Nabi Elia melakukan perjalanan jauh selama empat puluh hari empat puluh malam (seperti olah raga) untuk memulihkan kondisi emosinya (19:8). Ketiga, mengatur kembali pelayanan Nabi Elia dengan memerintahkan Nabi Elia untuk mengurapi orang-orang yang akan melanjutkan perjuangannya dan melaksanakan rencana Allah (19:15-16). Keempat, menyadarkan Nabi Elia bahwa dia tidak berjuang sendirian, melainkan masih ada tujuh ribu orang yang setia kepada Allah di Israel (19:18). [P]
"Topanglah aku sesuai dengan janji-Mu, supaya aku hidup, dan janganlah membuat aku malu dalam pengharapanku." Mazmur 119:116