Bagaimana reaksi kita jika diberi tugas di luar kemampuan kita? Wajar dan bijak bila kita menolaknya, bukan? Itulah yang dialami oleh Yeremia. Allah memanggilnya menjadi nabi-Nya di usia belia (1:5-7). Kondisi bangsa Yehuda sangat buruk: tidak setia kepada Allah. Tugas Yeremia adalah menyampaikan rencana penghukuman Allah, sebuah tugas yang memposisikan dia berhadapan dengan semua pihak di tengah bangsanya (1:16-18). Wajar jika Yeremia menolak tugas yang melampaui kemampuannya ini (1:5).
Namun Allah memperlengkapi Yeremia dengan penyertaan-Nya (1:8), dengan firman-Nya (1:9), dengan penglihatanpenglihatan sekaligus maknanya (1:11-16), bahkan dengan kekuatan serta jaminan kemenangan (1:18-19). Panggilan Allah merupakan anugerah. Yeremia dipilih sebelum ia lahir, jauh sebelum ia bisa membuktikan kemampuannya. Panggilan Allah dilengkapi dengan pembentukan Allah. Yeremia dipanggil bukan untuk sibuk berusaha agar memenuhi syarat atau membuktikan kemampuannya menjadi nabi. Allahlah yang justru akan sibuk memperlengkapi Yeremia agar mampu menjadi nabi, sama seperti panggilan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Matius 4:19).
Ambilah waktu untuk merenungkan kondisi buruk di tengah dunia (bangsa, kota, gereja, keluarga, lingkungan pergaulan) yang Anda yakini bahwa Allah ingin merespons melalui diri Anda? Bisa dimaklumi jika Anda cenderung menolak karena merasa tak mampu. Tapi ingat, panggilan ini bukan tentang "apakah aku mampu?" melainkan tentang "anugrah dan pembentukan Allah yang akan membuat kita mampu!" [ICW]
"Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa." Yeremia 1:5