Terpilih untuk mengadakan perjanjian dengan Allah merupakan anugerah luar biasa bagi bangsa Israel. Isi perjanjian itu jelas, yaitu bahwa Israel diberkati dan menjadi penyalur berkat Allah bagi segala bangsa (Kejadian 12:1-3). Aturan mainnya tegas: Ketaatan mendatangkan berkat dan ketidaktaatan mendatangkan kutuk (Imamat 26; Ulangan 28). Ternyata bahwa umat Israel berulang kali melanggar perjanjian. Sejak zaman Abraham dan Musa, leluhur mereka, Allah berkali-kali memperbarui perjanjian dengan umat-Nya (Kejadian 15:18; Keluaran 24:8). Pelanggaran yang kian parah membuat para nabi diutus untuk menegur dan mengingatkan mereka pada konsekuensi hukuman Allah, tetapi mereka mengabaikan teguran itu (11:7-9). Yeremia diutus dengan tugas yang sama (11:6) karena bangsa Yehuda jahat dan degil. Mereka menyembah berhala mengulang kebodohan nenek moyang mereka (11:8-10). Yeremia ditolak, bahkan hendak dibunuh (11:21). Maka, sesuai aturan main, umat Yehuda menerima akibatnya: Allah tidak mendengar seruan mereka minta tolong (11:11, 14) serta membiarkan mereka tertimpa kutuk dan malapetaka (11:3, 17-23) yang memuncak dengan pembuangan. Kerajaan Israel Utara sudah dibuang ke Asyur seabad sebelumnya, dan Kerajaan Israel Selatan (Yehuda) harus bersiap untuk dibuang ke Babel.
Allah tidak menyerah dan tetap serius untuk menyelamatkan ciptaan-Nya yang jatuh dan dirusak oleh dosa. Allah mengadakan ikatan perjanjian yang baru dalam Kristus (Matius 26:28), memilih gereja-Nya untuk diampuni-Nya dan menjadi terang-Nya di tengah dunia. Kita terikat dengan perjanjian ini dan kita akan dihakimi sesuai dengan kesetiaan kita pada perjanjian ini. Oleh karena itu, kita perlu mengevaluasi apakah kita setia menaati firman-Nya dan setia menyembah Allah dalam Kristus saja. [ICW]
"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Y esus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." Efesus 2:10