Yeremia diutus untuk mewartakan hukuman pembuangan bangsa Yehuda ke Babel. Hukuman Allah yang keras itu sulit dipahami oleh umat Yehuda, bahkan oleh Yeremia sendiri (pasal 14). Di pasal 18 ini, Tuhan menjelaskan dengan meminta Yeremia pergi ke rumah seorang tukang periuk (penjunan). Allah menjelaskan bahwa diri-Nya seperti Penjunan dan bangsa Israel seperti bejana tanah liat. Sebagaimana setiap bejana dirancang, dibentuk, dibakar, dan diwarnai sampai memiliki fungsi dan nilai seni sebagaimana dimaksudkan oleh sang penjunan, demikian pula umat Yehuda dipilih Allah untuk diberkati-Nya dan menjadi alat-Nya untuk memberkati semua bangsa (bandingkan dengan Kejadian 12:1-3). Namun, umat Yehuda mengikuti kedegilan hati mereka, melupakan Tuhan, dan menolak nabi-Nya (18:12, 15, 18, 23). Di rumah tukang periuk itulah, Yeremia memahami bahwa sikap Allah yang membuang muka dan menyerahkan bangsa Israel ke dalam kekuasaan musuh (18:16-17) adalah dalam rangka kasih Allah yang tidak membuang, tetapi membentuk ulang bangsa Israel menjadi bejana yang sesuai dengan rancangan dan tujuan-Nya. Yeremia belajar bahwa membuang bejana rusak dan membuat lagi yang baru adalah sikap manusiawi, tetapi membentuk ulang bejana rusak adalah sikap Ilahi.
Setiap orang merupakan hasil karya seni buatan tangan Allah (Efesus 2:10) yang memiliki fungsi, sekaligus keindahan ilahi. Dosa membuat kita berhenti berfungsi atau kehilangan keindahan, tetapi Allah setia membentuk ulang diri kita. Walaupun prosesnya menyakitkan, proses itu diperlukan. Ungkapkanlah syukur Anda kepada Allah atas kesetiaan-Nya membentuk ulang hidup Anda. Bertekadlah untuk bersedia dibentuk ulang oleh-Nya, apa pun cara-Nya. [ICW]
"Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya." Yeremia 18:4