Pasal ini menunjukkan bahwa bangsa Yehuda telah dibuang ke Babel. Pembuangan adalah strategi perang untuk membuat bangsa yang kalah tak mampu bangkit dan membalas. Yang dibuang biasanya golongan pemimpin, kaum terdidik, dan orang yang sehat. Sangat mungkin bahwa orang Yehuda yang dibuang ke Babel memaknai nasibnya secara negatif (merasa sial atau iri terhadap mereka yang tidak ikut terbuang). Secara manusiawi, hal itu wajar. Akan tetapi, Yeremia mendapat penglihatan dan firman yang mengoreksi pemahaman seperti itu (24:1-3). Tuhan mengatakan bahwa mereka yang terbuang (keranjang ara busuk) itu justru beruntung. Mereka tidak ditinggalkan Allah, melainkan dipelihara Allah dan akan dipulangkan kembali ke Tanah Perjanjian. Allah berjanji untuk setia menjadi Allah mereka dan menjadikan mereka umat pilihan-Nya (24:7). Pembuangan itu dalam kerangka kasih-Nya yang memurnikan n mereka (24:4-7). Sebaliknya, mereka yang tidak ikut terbuang (keranjang ara yang baik), justru tidak semujur yang mereka duga. Bukannya bersyukur, bertobat dan mengandalkan Allah, mereka justru minta perlindungan kepada (tentara dan dewa) Mesir. Allah akan menimpakan hukuman lebih keras kepada mereka (24:8-10).
Menghadapi pencobaan atau kesukaran hidup, kita pun bisa merasa sial dan iri melihat orang lain yang nampak lebih sehat, lebih kaya, lebih sukses. Marilah kita menjadikan kebenaran yang bersumber dari janji dan penyataan firman Allah sebagai sumber sukacita dan pemberi makna bagi hidup kita. Dengan demikian, niscaya kondisi buruk kita menjadi masa subur pertumbuhan rohani yang membuat kita menjadi semakin serupa dengan Kristus (Roma 8:28-29). [ICW]
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mer eka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan r encana Allah." Roma 8:28