Firman Allah yang kita dengar bisa masuk dari telinga kiri dan keluar dari telinga kanan, segera kita lupakan sesaat sesudah kita keluar dari ruang ibadah. Kisah Yoyakim di sini adalah cermin untuk sikap seperti itu. Di tahun keempat raja Yoyakim memerintah (sekaligus tahun raja Babel--Nebukadnezar--naik tahta), Allah menyuruh Yeremia menulis semua firman yang pernah ia khotbahkan sejak awal tugas kenabiannya (36:1-2). Dengan membaca kembali firman (nubuat hukuman pembuangan ke Babel), diharapkan raja dan rakyat Yehuda bertobat (36:3). Ternyata hal itu tidak terjadi! Barukh, juru tulis Yeremia, telah menulis dan membacakan semua firman itu di bait Allah maupun di depan rakyat di Yerusalem, bahkan di hadapan raja Yoyakim (36:4-22). Setiap selesai beberapa baris dibaca, raja langsung memotong dan membakar bagian gulungan kitab itu, dan akhirnya memerintahkan agar nabi Yeremia ditangkap (36:23-26). Yoyakim berpikir bahwa firman Tuhan adalah kata-kata biasa yang bisa diabaikan, bahkan bisa dilenyapkan dengan mudah. Ia berpikir bahwa pemberita firman mudah dibungkam. Namun, Allah melindungi Yeremia dan Barukh. Segala firman itu ditulis sekali lagi, bahkan ditambah dengan sabda penghukuman yang mengerikan bagi raja Yoyakim (36:27-32).
Sesungguhnya, membakar gulungan kitab berisi firman tidak jauh berbeda dengan sikap mendengarkan khotbah, lalu segera melupakan. Keduanya merupakan cara bodoh untuk menolak atau menentang firman Allah dan sama-sama mengakibatkan hidup dijalani dengan cara dan arah yang salah, serta pasti menuai hukuman Allah. Apa yang selama ini membuat kita mudah melupakan firman Allah? Renungkan, evaluasi, dan berubahlah! [ICW]
"Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya." Yohanes 12:47