Tugas nabi Yeremia sulit karena dia harus menyampaikan kabar buruk, yaitu bahwa Yehuda akan kalah dan dijajah oleh bangsa Babel. Tak mengherankan bila rakyat dan para pemimpin Yehuda mengabaikan khotbah-khotbahnya (37:1-2).
Sikap Raja Zedekia pun sama. Di satu sisi, ia mengakui peran Yeremia sebagai nabi Allah dengan meminta petunjuk kepadanya saat pasukan Babel berhenti mengepung Yerusalem karena ancaman pasukan Mesir. Di sisi lain, ia mengabaikan peringatan Yeremia agar tidak meminta bantuan Mesir. Kejayaan Mesir hanya sementara karena pasukan Babel pasti kembali dan akan berhasil menghancurkan kota Yerusalem (37:3-10). Nubuat seperti itu membuat Yeremia dicap sebagai penghianat. Ketika hendak pergi ke kotanya (Anatot), Yeremia dituduh akan membelot ke pihak Babel dan ia ditahan oleh penjaga pintu gerbang (37:11-16). Akan tetapi--di dalam penjara--Yeremia menunjukkan bahwa dirinya tetap memiliki semangat hidup yang berkobar-kobar sebagai nabi Allah. Kondisi penjara yang membahayakan jiwa membuat ia memohon dipindahkan ke tempat lain, dan permohonannya dikabulkan. Dalam keadaan seperti itu, ia tidak mau berkompromi sedikit pun. Ia tetap tegas menyampaikan kebenaran. (37:17-21).
Tuhan membenci dosa, namun Ia mengasihi umat-Nya yang berdosa, sehingga ia menghadirkan Yeremia sebagai teladan kita. Peran kenabian itu kini dipercayakan kepada kita. Marilah kita menunaikan peran tersebut dengan menjaga semangat hidup, serta bertekun menyuarakan dan melakukan kebenaran firman Tuhan di tengah komunitas pekerjaan maupun pergaulan, walaupun kita diabaikan, bahkan walaupun kita harus menghadapi bahaya. [ICW]
"Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan." Galatia 6:1