Saat mengira bahwa kita sudah mengalami kondisi terburuk, tentu mengejutkan jika kondisi terus semakin buruk. Kejatuhan dan kehancuran Yerusalem oleh pasukan Babel ternyata bukan hal buruk terakhir yang Yehuda alami. Sejenak situasi Yerusalem membaik setelah sisa rakyat miskin yang tidak ikut ditawan ke Babel mendapat kembali kebun-kebun anggur mereka (39:10) dan raja Babel menunjuk Gedalya sebagai pemimpin (40:5). Yeremia memilih tinggal bersama rakyat karena ia mempercayai janji Tuhan tentang masa depan Yehuda (40:1-6). Namun, kondisi Yehuda selanjutnya kembali memburuk. Ismael bin Netanya, seorang panglima tentara yang luput dari pembuangan, memperburuk keadaan dengan mengulang kebodohan raja Zedekia yang mengabaikan peringatan Yeremia dan merasa sanggup melawan Babel yang dipakai Allah. Ia menilai Gedalya sebagai pengkhianat, lalu ia membunuh Gedalya beserta pegawainya (40:7-41:2). Ia juga membunuh prajurit Babel serta rakyat kerajaan Israel Utara yang hendak beribadah di reruntuhan bait Allah (41:3-10). Keadaan makin memburuk saat para panglima pendukung Gedalya memerangi Ismael bin Netanya (41:11-16). Kebodohan Ismael bin Netanya merupakan dosa melawan kehendak Allah, sekaligus pemberontakan yang tidak bisa diterima Babel, sehingga Yehuda yang telah hancur kini terancam diserang lagi oleh Babel (41:17-18).
Apakah Anda sedih dan lelah melihat kondisi bangsa kita yang memburuk? Pastikan diri Anda tidak memperburuk keadaan dengan hidup dalam dosa. Jadilah seperti Yeremia yang menjadi bagian dari solusi dengan nasihatnya dan teladan hidupnya yang baik, sambil memegang teguh janji Allah dan mempercayakan masa depan bangsa kita kepada Allah. [ICW]
"Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa, tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada." Amsal 11:14