Kehancuran Babel tidak akan terpulihkan. Kekuasaan dan kekayaan Babel akan musnah oleh pasukan musuh, karena Tuhan sudah menetapkan akhir hidup Babel (51:1-23). Sebelumnya, Nebukadnezar adalah "palu godam" Allah. Selanjutnya, Raja Cirus dari Persia (dan kemudian Alexander Agung dari Yunani/Makedonia) akan menjadi "palu godam" Allah yang menghancurkan Babel (membuat Babel menjadi seperti gunung berapi yang padam selamanya), merobohkan pintu-pintu gerbangnya, dan membakar kota-kotanya (51:20-33). Bagai pengacara sekaligus hakim, Tuhan memperjuangkan perkara umat-Nya dan mengabulkan tuntutan mereka agar Sesakh (atau Babel) menerima balasan setimpal dengan kehinaan dan kengerian yang ditimpakan Nebukadnezar kepada Yehuda (51:34-49). Ironisnya, umat Yehuda di pembuangan enggan pulang, sehingga sampai tiga kali Tuhan memerintahkan mereka untuk keluar dari Babel (50:8; 51:6, 50). Mereka malu karena hancurnya rumah Tuhan di Yerusalem seakan-akan menunjukkan bahwa Tuhan tidak mampu melindungi rumah-Nya serta tidak mau mengalahkan Babel dan dewa-dewanya (51:51-52). Oleh karena itu, Seraya diutus Yeremia untuk menegur, sekaligus menguatkan pengharapan mereka. Mereka akan turut hancur bersama Babel atau pulang untuk memulai lembaran baru dalam berkat Tuhan (51:52-64).
Budaya dosa dan kondisi buruk negara kita yang kini berusia 72 tahun bisa menjadi zona nyaman yang membuat kita terbiasa, bahkan terlena, lalu enggan atau takut mengharapkan perubahan. Latihlah diri Anda melihat kondisi Indonesia dengan mata iman, agar pengharapan Anda terjaga, bahkan muncul hasrat dan keberanian untuk turut mewujudkan lembaran baru yang Tuhan rancangkan bagi bangsa kita. [ICW]
"Kamu, orang-orang yang terluput dari pedang, per gilah, janganlah berhenti! Ingatlah dari jauh kepada TUHAN dan biarlah Yerusalem timbul lagi dalam hatimu." Yeremia 51:50