Penulis menyaksikan betapa besarnya murka Allah terhadap kota Yerusalem. Bahkan, Tuhan menjadi seperti seorang seteru (2:4). Ia menghancurkan Israel, membuat benteng-bentengnya menjadi puing (2:5), membenamkan gapura-gapuranya di dalam tanah (2:9), … bahkan Tuhan membuang mezbah-Nya, meninggalkan tempat kudus-Nya dan menyerahkan ke dalam tangan para seteru (2:7). Ia tak menahan tangan-Nya untuk menghancurkannya (2:8). Tiada lagi keagungannya, bahkan dikatakan keagungan Yerusalem dilemparkan-Nya dari langit ke bumi (2:1). Demikian murka Allah terhadap kota Sion atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan selama ini.
Melihat begitu besarnya kehancuran yang terjadi, mereka duduk tertegun di tanah dengan menabur abu di atas kepala dan mengenakan kain kabung tanda dukacita yang mendalam (2:10). Penulis mengatakan, "Mataku kusam dengan air mata, remuk redam hatiku, hancur habis hatiku karena keruntuhan ...," bahkan situasi mengerikan akibat kelaparan (2:11-12). Di tengah dukacita yang mendalam, para musuh menghina dengan mengatakan bahwa mereka telah memusnahkan "kota yang disebut orang kota yang paling indah, kesukaan dunia semesta" (2:15-16).
Saat berada dalam kepedihan yang sangat mendalam, penulis mengajak pembaca menaikkan permohonan kepada Allah, "Berteriaklah kepada Tuhan dengan nyaring, hai puteri Sion, cucurkanlah air mata bagaikan sungai siang dan malam; ... curahkanlah isi hatimu bagaikan air di hadapan Tuhan, ...!" (2:18-19). Saat hidup Anda hancur dan Anda mengalami rasa sedih yang mendalam, apa yang Anda lakukan? Apakah Anda datang kepada Tuhan dan menanti pertolongan-Nya? [BS]
"Sebab Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu di tengahtengahmu, supaya jangan bangkit murka Tuhan, Allahmu, ter hadap engkau, sehingga Ia memunahkan engkau dari muka bumi." Ulangan 6:15