Kunci kesuksesan pelayanan Rasul Paulus adalah adanya kepedulian. Bagi Rasul Paulus, pelayanan bukan hanya berarti menabur firman, melainkan juga menumbuhkan dan memelihara iman. Untuk bisa menumbuhkan dan memelihara iman, dia membagikan hidupnya sendiri (2:8) dalam wujud keteladanan (2:9-10) dan kepedulian (2:11-13). Rasul Paulus selalu memikirkan orang lain, khususnya orangorang yang pernah dia layani. Saat dia melayani di Tesalonika, orang-orang Yahudi yang merasa iri melihat kesuksesan pelayanan Rasul Paulus menghasut para preman sehingga ia akhirnya melanjutkan perjalanan PI ke kota Berea. Kesuksesan pelayanan Rasul Paulus di Berea didengar oleh orang-orang Yahudi di Tesalonika, sehingga mereka menyusul ke Berea dan menghasut massa, sehingga akhirnya Rasul Paulus meninggalkan Berea dan menuju ke Atena. Sekalipun menghadapi banyak tantangan, Rasul Paulus tetap memperhatikan kepentingan jemaat. Silas dan Timotius ditinggalkan di kota Berea untuk meneruskan pelayanannya. Setelah Timotius bergabung kembali dengan Rasul Paulus di Atena, Timotius diutus ke Tesalonika untuk meneguhkan iman jemaat di sana. Bagi Rasul Paulus, sumber penghiburan terbesar adalah bila jemaat teguh dalam iman (3:1-7; Kisah Para Rasul 17:13-15).
Jemaat Tesalonika bisa menjadi teladan bagi jemaat di sekitar mereka setelah melalui proses panjang yang menuntut keteladanan dan kepedulian. Kepedulian itulah yang membuat Rasul Paulus lebih mementingkan kepentingan jemaat daripada kepentingannya sendiri. Apakah para pemimpin dan aktivis di gereja Anda melayani dengan kepedulian, bukan hanya melayani sekedar untuk memenuhi tugas (kewajiban)? [P]
"Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu. Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu." 1 Tesalonika 3:10-11