Sejarah Reformasi mengisahkan tentang Martin Luther yang pernah diundang untuk mempertanggungjawabkan pemikiran dan pengajarannya di Diet of Worms (Sidang majelis di Kota Worm). Dalam sidang itu, Luther berseru, "Hati nurani saya sangat terpikat kepada firman Allah." Pernyataan itu mengungkapkan keyakinannya akan kebenaran Alkitab. Luther mempercayai dan selalu mengajarkan bahwa Alkitab adalah standar yang paling berotoritas (Sola Scriptura).
Ribuan tahun sebelumnya, Rasul Paulus berpesan agar Timotius "tetap berpegang kepada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini" (3:14). Meskipun menghadapi berbagai tantangan dan tekanan karena iman kepada Kristus (3:11, 12), Timotius harus tetap berpaut kepada firman Allah untuk mendapatkan hikmat, jalan keselamatan, serta kebenaran sejati (3:14, 16). Tantangan orang Kristen saat ini tidak sama persis dengan tantangan gereja mula-mula. Ada di antara kita yang mengalami kesulitan akibat tindakan orang jahat seperti halnya Timotius (3:12). Seluruh pengikut Kristus di zaman ini menghadapi era yang menyangkal otoritas Alkitab, entah dengan alasan hak asasi, atau karena pertimbangan ilmiah. Sebagai contoh, warga senior di Eropa ada yang mempersepsikan seorang yang mempercayai Alkitab sebagai individu yang bodoh. Pemikiran seperti ini telah dan akan semakin gencar mempengaruhi umat Kristen di Indonesia. Situasi semakin mendesak bagi kita untuk sepenuhnya tunduk kepada firman Allah dan memproklamasikan kepada dunia tentang kebenaran Alkitab yang sejati, sehingga zaman saat kita hidup ini semakin terpengaruh untuk menempatkan Alkitab pada otoritas yang semestinya. [ECW]
"Semua firman Allah adalah mur ni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya." Amsal 30:5