Melayani Allah tidak selalu mudah. Masalah yang kita hadapi seringkali silih berganti: Begitu satu masalah terselesaikan, masalah berikutnya sudah menanti. Kadang-kadang masalah yang kita hadapi bisa bertubi-tubi. Bila perhatian kita terfokus pada masalah, kita akan menjadi kecil hati. Akan tetapi, bila kita memandang kepada Allah, kita akan sanggup menghadapi setiap masalah. Kita selalu harus meyakini bahwa Allah bisa mengubah masalah menjadi berkat. Berkat di sini jangan diartikan sebagai berkat materi, tetapi harus dipandang sebagai terlaksananya kehendak Allah di dalam kehidupan kita.
Perhatikan apa yang terjadi terhadap Rasul Paulus. Dia sudah memperingatkan bahwa bahaya telah menghadang bila perjalanan dilanjutkan (27:10). Akan tetapi, Yulius--perwira pasukan Romawi yang mengawal Rasul Paulus ke kota Roma--tidak mengindahkan peringatan yang diberikan oleh Rasul Paulus, sehingga mereka harus menghadapi angin badai dahsyat yang membuat mereka terpaksa membuang muatan kapal untuk mencegah agar kapal mereka tidak tenggelam. Akhirnya, kapal yang mereka tumpangi pecah saat mendekati pantai. Sekalipun pengalaman itu buruk, tetapi kondisi di atas membuat Rasul Paulus bisa menunjukkan bahwa perkataannya yang didasarkan pada petunjuk Allah ternyata benar! Mengapa Rasul Paulus bisa berbicara dengan penuh wibawa saat bahaya mengancam perjalanan mereka (27;21-26)? Wibawa Rasul Paulus didapatkan karena dia mempercayai bahwa perkataan Allah pasti terlaksana! Keyakinan Rasul Paulus bahwa Allah berkuasa membuat kepala pasukan yang semula meremehkan Rasul Paulus menjadi percaya dan taat terhadap perkataan Rasul Paulus! [P]
"Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku." Kisah Para Rasul 27:25