Kapan kita harus menjadi saksi Kristus? Pertanyaan semacam ini adalah pertanyaan yang menyesatkan! Sebagian orang Kristen memahami kesaksian sebagai program. Orang Kristen semacam ini akan berusaha bersaksi selama program sedang berlangsung. Di luar masa program, mereka merasa bukan sebagai saksi, padahal seharusnya menjadi saksi adalah identitas orang Kristen, bukan tugas atau proyek yang kita kerjakan.
Rasul Paulus adalah seorang saksi Kristus. Beliau bersaksi tentang Kristus bukan hanya saat melakukan perjalanan misi, tetapi juga saat menjadi tawanan. Saat terdampar di Pulau Malta, Rasul Paulus membesuk ayah dari Publius--gubernur Pulau Malta yang sedang sakit demam dan disentri--untuk mendoakan, menumpangkan tangan, dan menyembuhkan dia (28:8-10). Walaupun tidak disebut secara langsung, kita dapat menduga bahwa kesembuhan ayah Publius dan orang-orang sakit lainnya di pulau tersebut membuka pintu penginjilan. Sesudah tiba di kota Roma, Rasul Paulus menjadi tahanan rumah (28:16). Walaupun status Rasul Paulus adalah sebagai tahanan, dia tidak menjadi kecil hati dan tidak menyalahkan Allah yang "membiarkan" dia menjadi seorang tahanan. Dia justru memanfaatkan kondisi sebagai tahanan di kota Roma itu untuk memberitakan Injil, baik kepada orang Yahudi maupun kepada orang bukan Yahudi (28:17-31).
Apakah Anda pernah mengalami kekecewaan saat melayani Tuhan? Saat Anda mengalami penolakan atau perlakuan yang tidak enak, apakah semangat Anda untuk melayani tetap bisa berkobar? Bila Anda sungguh-sungguh hendak melayani Allah, tidak akan ada yang bisa menggoyahkan semangat Anda! [P]
"Itulah sebabnya aku meminta, supaya aku melihat kamu dan berbicara dengan kamu, sebab justru kar ena pengharapan Israellah aku diikat dengan belenggu ini." Kisah Para Rasul 28:20