Dalam pasal ini, sang guru hikmat menggarisbawahi pentingnya seseorang mempunyai integritas atau bersih kelakuannya melalui perbandingan seorang miskin--yang biasanya tidak dianggap oleh masyarakat umum--dengan seorang bebal. Perkataan di awal pasal ini, Lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya dari pada seorang yang serong bibirnya lagi bebal (19:1) mengajarkan bahwa kelakuan bersih adalah baik dan benar, bahkan dalam diri seorang yang disepelekan. Apa yang menjadi gambaran tentang seorang miskin? Sang guru hikmat mengamati bahwa realita kehidupan seorang miskin adalah ditinggalkan sahabatnya (19:4), dibenci oleh semua saudaranya, dan dijauhkan oleh sahabat-sahabatnya (19:7). Hal ini berbeda sekali dengan mereka yang kaya yang mempunyai kapasitas memberi (dermawan). Orang kaya akan didekati orang (19:6).
Apa yang dimaksud dengan bersih kelakuannya? Bagi sang guru hikmat, integritas atau kelakuan bersih dimulai dengan pengetahuan dan akal-budi (19:2; 19:8; 19:11; 19:14). Takut akan Allah (19:23) adalah pengetahuan juga (1:7). Selain itu, integritas meliputi tidak berdusta, memaafkan pelanggaran, tidak suka bertengkar, tidak malas, menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, berpegang pada perintah, kesetiaan, dan sebagainya. Kabar baik bagi mereka yang bersih kelakuannya--yaitu mereka yang mempunyai hati yang takut akan Allah--adalah bahwa mereka akan hidup (19:23). Akan tetapi, upah bagi mereka yang bebal adalah hukuman dan pukulan (19:29). Apakah Anda merindukan integritas? Jika belum, mungkin Anda perlu dihajar (19:18; 19: 25) agar menjadi bijak. [A]
"Siapa berpegang pada perintah, memelihara nyawanya, tetapi siapa menghina firman, akan mati." Amsal 19:16