Apakah Anda pernah memikirkan secara serius dan mendalam tentang cara merayakan kepuasan hidup? Merayakan kepuasan hidup tidak hanya terletak pada bagaimana Anda mendapatkan harta, tetapi juga bagaimana Anda dapat menikmatinya. Percuma seseorang pandai mengumpulkan materi, tetapi akhirnya tidak mampu menikmatinya. Pengkhotbah pun bergumul mengenai bagaimana merayakan kepuasan hidup ini. Ada dua cara yang dia tempuh: Pertama, dia merayakan kepuasan hidup melalui hikmat. Kedua, dia merayakan kepuasan hidup melalui pengumpulan materi. Peraihan Kepuasan hidup melalui hikmat dilakukannya dengan menikmati kesenangan dan kegirangan (2:1-3), sedangkan pemuasan hidup yang lain melalui pengumpulan materi yang dilakukan dengan berbagai cara (2:4-10). Dia mencoba mencapai berbagai hal besar seperti yang dia paparkan pada ayat 4-8. Namun, setelah keduanya diraih, ternyata baik hikmat manusia maupun kekayaan tidak memberi kepuasan hidup yang sesungguhnya karena keduanya bersifat sementara dan tidak dapat menjadi sandaran. Pengkhotbah menyadari bahwa merayakan kepuasan hidup bukan hanya terletak pada bagaimana cara mendapatkannya, tetapi terletak pada bagaimana dapat menikmatinya (2:24).
Ketika Anda melakukan pekerjaan dan bisnis Anda, Tuhan tidak melihat berapa banyak yang Anda hasilkan, melainkan apakah Anda jujur dan taat pada perintah Tuhan dalam proses usaha Anda. Anda dapat merayakan kepuasan hidup bila Anda bisa menikmati apa yang Anda raih dalam kejujuran dan ketaatan terhadap perintah Tuhan. Apakah yang ingin Anda ubah dalam hidup Anda setelah Anda mempelajari pergumulan Pengkhotbah? [Souw]
"Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa ini pun dari tangan Allah." Pengkhotbah 2:24