Jumat, 23 Mei 2014
Bacaan Alkitab hari ini: Ayub 36-37
Ada perubahan mengejutkan di akhir perkataan Elihu. Kebenaran yang dipaparkan dan ucapannya semakin masuk akal, terutama tentang pribadi Allah dan karya-Nya. Dia menggambarkan Allah sebagai Allah yang transenden dan sekaligus imanen. Transendensi Allah menunjuk kepada Allah yang tak terhampiri, jauh, tak terselami jalan-jalan-Nya, Allah yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi. Imanensi Allah menunjuk kepada kedekatan, kepedulian, dan pengertian Allah terhadap ciptaan-Nya. Allah adalah Immanuel, Allah yang beserta dengan kita.
Ada tiga kebenaran yang disampaikan Elihu tentang transendensi dan imanensi Allah. Pertama, Allah itu perkasa, namun tidak memandang hina apa pun dan siapa pun. Konsekuensinya, kita harus menjaga diri dan tidak berpaling kepada kejahatan (36:5-21). Kedua, Allah itu mulia dalam kekuasaan-Nya. Konsekuensinya, kita harus menjunjung tinggi perbuatan-Nya (36:22-33). Ketiga, Allah itu Mahakuasa. Konsekuensinya, kita harus mendengarkan firman-Nya dan takut akan Dia (37:1-24). Teologi yang sangat luar biasa! Masalahnya, Alkitab tidak menjelaskan apakah Elihu hidup sesuai dengan apa yang dia percayai atau tidak. Ayub memahami Allah, sekaligus mewujudkan dalam hidup sehari-hari.
Pengajaran Elihu menegaskan bahwa mempelajari firman Tuhan tentang pribadi dan karya Allah seharusnya membuat kita gentar. Pengenalan akan Allah yang benar seharusnya membuat kita semakin mengasihi Dia, semakin mengejar kekudusan, dan semakin menaati kehendak-Nya dalam kehidupan nyata. Mempelajari tentang Allah dalam firman-Nya bukan hanya sekedar untuk menambah pengetahuan, melainkan harus membuat kita semakin sungguh-sungguh mengasihi Dia dan semakin berakar, bertumbuh, dan berbuah ke arah Dia. [Souw]
Kolose 2:7
“Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.”