Tuntutan hukum Taurat telah ditanggung oleh Kristus, sehingga orang Kristen tak perlu mengikuti tuntutan peraturan hukum Taurat. Sekalipun demikian, prinsip yang melandasi hukum Taurat itu baik dan berguna, serta sepatutnya tetap kita terapkan. Salah satu bagian terpenting dari hukum Taurat adalah peraturan Sabat yang berlandaskan prinsip "berhenti" atau "istirahat". Melalui perayaan Sabat, bangsa Israel menjaga kesehatan jasmani melalui istirahat dan menjaga kesehatan rohani melalui ibadah. Walaupun orang Kristen beribadah dan sekaligus berhenti bekerja pada hari Minggu, ingatlah bahwa ibadah hari Minggu bukan ibadah Sabat dan tidak mengikuti aturan Sabat.
Di pasal 3 dan 4, istilah "berhenti" dan "(tempat) perhentian" disebut berulang kali (3:11,18; 4:1,3-6,8-11). Perhatikan kaitan antara gagasan "berhenti" atau "beristirahat" pada hari ketujuh (perayaan Sabat) dengan kisah bangsa Israel "masuk ke tempat perhentian (Tanah Kanaan)" di bawah pimpinan Yosua. Ketidaktaatan membuat hampir semua orang Israel (yang keluar dari Tanah Mesir di bawah pimpinan Musa) gagal memasuki tempat perhentian yang dijanjikan Allah (4:6). Tanah Kanaan hanyalah gambaran dari tempat perhentian yang sesungguhnya, yaitu perhentian Allah (4:10) yang menunjuk kepada surga (bandingkan dengan "beristirahat" dalam Wahyu 14:13). Jalan masuk ke "tempat perhentian" itu adalah melalui Yesus Kristus yang telah mengorbankan diri-Nya di kayu salib. Setiap kali beribadah, kita seperti "mencicipi" kenikmatan surga. Sebelum kenikmatan itu kita nikmati sepenuhnya, kita harus bertekun dalam iman dan ketaatan. Bagi Anda, apakah ibadah sudah merupakan "kenikmatan"? [LW/P]
"Akan tetapi hari-hari Sabat-Ku harus kamu pelihara, sebab itu adalah peringatan antara Aku dan kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Akulah Tuhan yang menguduskan kamu." Keluaran 31:13b