Manusia tidak selalu setia, namun Allah selalu setia. Itulah gambaran yang kita saksikan dalam riwayat bangsa Israel. Dalam Perjanjian Lama, Allah berinisiatif mengikat perjanjian dengan umat Israel melalui Musa (Keluaran 24:8; Ulangan 26:18). Inti dari perjanjian itu adalah bahwa Allah mengambil bangsa Israel menjadi umat Allah secara khusus guna menjalankan misi-Nya. Sebagai umat Allah, bangsa Israel harus taat dan menyembah Allah. Jika mereka taat dan setia, Allah akan memberkati mereka (Ulangan 7:12-13). Sayangnya, bangsa Israel tidak setia terhadap perjanjian itu (Ibrani 8:9). Mereka tidak taat kepada Allah, sehingga--seperti yang dinubuatkan oleh Nabi Yeremia (Yeremia 31:31-34)--Allah membuat Perjanjian Baru yang bukan disahkan dengan darah korban binatang, melainkan dengan darah Yesus Kristus yang menjadi korban yang sempurna dan sanggup menghapus dosa manusia (Ibrani 7:22, 8:7-13, 10:15-22).
Perjanjian Baru tidak akan gagal karena Allah sendiri yang bekerja dalam hati manusia. Roh Kudus memperbarui hidup orang percaya, sehingga orang percaya senantiasa melakukan hukum Allah (8:10). Kegagalan bangsa Israel dalam menaati Allah tidak mengubah kesetiaan Allah terhadap perjanjian-Nya. Kasih setia Allah terhadap umat-Nya tak berubah. Allah "menaruh belas kasihan kepada kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka." (8:12). Darah Kristus yang telah tertumpah membawa pengampunan bagi dosa kita! Betapa beruntungnya kita yang sudah diselamatkan oleh darah Kristus itu! Respons yang patut terhadap kasih setia Allah adalah melayani dan memberikan yang terbaik bagi Dia! Respons apa yang telah Anda berikan kepada Allah? [LW]
"Sebab kasih setiaNya hebat atas kita, dan kesetiaan Tuhan untuk selama-lamanya. Haleluya!" Mazmur 117:2