Tetap hidup berkenan kepada Allah saat menderita itu tidak mudah. Saat menderita, kita gampang tergoda untuk mempertanyakan iman kita kepada Allah. Setelah menjelaskan tentang siapa Yesus Kristus dan superioritasnya (pasal 1-10), penulis Surat Ibrani menguraikan iman dan kesaksian tokoh-tokoh Perjanjian Lama yang hidup oleh iman kepada Allah (pasal 11). Kesaksian tokoh-tokoh itu membuktikan bahwa Allah yang superior itu adalah Pribadi yang bisa kita percaya.
Dalam konteks seperti yang dihadapi penerima surat Ibrani yang sedang mengalami penganiayaan (10:32-39), penulis menasihati jemaat untuk tetap hidup berkenan kepada Allah (11:6) dengan cara: Pertama, mencari Dia dengan sungguh-sungguh, "Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah (atau datang kepada Allah), ia harus percaya bahwa Allah ada." Perkataan yang sama juga digunakan di 4:16 (menghampiri takhta kasih karunia), 7:25 (datang kepada Allah), 10:1 (mereka yang datang mengambil bagian), dan 10:22 (menghadap Allah) yang mengandung makna bahwa tindakan itu harus disertai usaha dan kesungguhan. Kedua, beriman bahwa Allah itu ada. Tidak mungkin seseorang bisa berkenan kepada Allah jika tidak lebih dulu percaya bahwa Allah itu sungguh-sungguh ada. Percaya bahwa Allah itu ada dan bahwa Allah itu bekerja menciptakan dunia ini (11:3) akan mendorong kita untuk hidup bagi Dia. Ketiga, percaya bahwa Allah menyediakan upah.
Allah bisa kita percayai! Janji-janji yang diberikan Allah pasti terwujud! Saat Anda mengalami pergumulan berat dalam kehidupan Anda, apakah Anda tetap mempercayai Allah dan tetap berusaha hidup berkenan kepada-Nya? [LW]
"Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia." Ibrani 11:6