Pra-Pentakosta
Sabtu, 31 Mei 2014
Bacaan Alkitab hari ini: Filipi 2:17-3:1a
Sukacita adalah sebuah kata yang menyenangkan dan kita inginkan. Sukacita adalah rencana Allah bagi manusia sejak awal. Lalu, kita lihat diri kita dan sekeliling kita, kalau sukacita dimaksudkan Allah sejak mula, mengapa realitasnya kita tidak bisa bersukacita. Maka masalah mulai muncul! Banyak yang berpikir bahwa sukacita hanya bisa ia raih dengan bersenang-senang. Banyak orang mencari kesenangan tetapi tidak menemukan sukacita. Tetapi justru orang yang mengejar kesenangan itu menandakan kurangnya sukacita. Kita bisa memiliki segala hal yang menyenangkan tanpa sukacita, tetapi sebaliknya kita bisa memiliki sukacita tanpa hal yang menyenangkan. Kondisi Rasul Paulus di dalam penjara, saat menulis surat Filipi ini bisa dikatakan tidak menyenangkan. Namun saat kita membaca surat Filipi kita menemukan ia banyak sukacita.
Sebaliknya banyak orang juga mengira bahwa sukacita hanya bisa diperoleh jika hidup bebas masalah. Benarkah demikian? Sukacita tidak berarti bebas dari segala masalah. Rasul Paulus yang menulis surat Filipi, berkali-kali menulis, ”Aku bersukacita, aku mengucap syukur, aku berdoa dengan sukacita, dstnya.” (Filipi 1:4, 18; 2:17, 18, 28, 29; 3:1; 4:4, 10). Dia tulis itu bukan setelah ia bebas dari masalah, tetapi justru pada saat ia masih dalam penjara dengan kemungkinan segera dihukum mati. Namun dari suratnya kita tahu Paulus sangat bersukacita. Masalah tidak mampu merampas sukacita dari hidupnya. Sesungguhnya kekuatan ini juga bisa kita diteladani dan alami. Kita bisa merasa tidak ada masalah tetapi tetap tidak ada sukacita. Sebaliknya kita boleh mengalami banyak masalah tetapi tetap bisa bersukacita. Adalah Roh Kudus yang memberi sukacita sejati, karena di hadapan Tuhan ada sukacita berlimpah-limpah dan kenikmatan kekal (1 Tesalonika 1:6; Mazmur 16:11). [JS]
Mazmur 16:11
“Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.”