Rasul Petrus sadar bahwa dorongan kepada jemaat untuk bersabar menghadapi penganiayaan fisik perlu diimbangi dengan pemahaman akan pengajaran iman Kristen yang semakin mendalam. Itulah yang mendorongnya menyerukan kepada para penatua gereja--sebagai pemimpin gereja lokal yang mengajarkan kebenaran firman--untuk menggembalakan kawanan domba milik Allah. Bagaimanakah cara pelaksanaan kepemimpinan yang benar dalam gereja lokal?
Para penatua dipilih bukan berdasarkan usia, melainkan berdasarkan kemampuan dan kesediaan mengemban tanggung jawab kepemimpinan yang dipercayakan Allah kepada mereka. Mereka harus memimpin dengan sukarela, bukan karena terpaksa. Motivasi mereka haruslah karena hendak mengabdi, bukan mencari keuntungan. Mereka harus memimpin dengan menjadi teladan, bukan dengan memerintah, dan harus berdasarkan kehendak Allah (5:2-3). Henry Blackaby mendefinisikan kepemimpinan sebagai cara memengaruhi orang lain untuk melaksanakan agenda Allah.
Para pemuda harus tunduk kepada otoritas para penatua yang telah ditunjuk Allah untuk menjadi pemimpin. Sesama orang muda harus menampilkan kerendahhatian, karena kecongkakan adalah alat yang biasa dipakai Iblis untuk memecah belah gereja. Dunia seringkali menyalahgunakan otoritas kepemimpinan melalui pemanfaatan jabatan untuk mencari untung serta melalui cara memerintah yang tidak adil. Akan tetapi, pemimpin Kristen harus memimpin berdasarkan kehendak Allah. Otoritas pemimpin harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Memahami hal ini akan menjauhkan gereja dari perpecahan. [FI]
"Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." 1 Petrus 5:5b