Sejak usia tertentu, seorang bayi yang dilahirkan memiliki keinginan dan kemampuan meniru. Dari sekedar gumaman seorang ibu sampai kata-kata maupun perilaku seseorang yang sering di dekatnya, seorang bayi akan berusaha meniru. Dalam hal tertentu, perbuatan meniru adalah baik dan sangat dianjurkan. Namun, dalam hal lain, perbuatan meniru tidak dianjurkan, bahkan harus dilarang. Demikian pula dalam sikap hidup dan pola pikir kita: Ada banyak hal yang terjadi di sekitar kita, dan tanpa kita sadari, kita meniru beberapa hal di antaranya. Tidak semua yang kita lihat dan kita dengar merupakan hal yang pantas untuk ditiru. Rasul Yohanes mengingatkan penerima suratnya bahwa di dalam jemaat mula-mula, ada seorang bernama Gayus yang cara hidupnya layak ditiru karena hidupnya penuh dengan kasih yang antara lain diungkapkan melalui kerelaan menyambut seorang asing (1:1-3). Akan tetapi, ada pula seorang bernama Diotrefes yang perbuatannya harus diwaspadai (tidak boleh ditiru) karena dia menunjukkan sikap memberontak terhadap ajaran kebenaran (1:10).
Dalam kehidupan kita, sudah semestinyalah bila kita meniru hal yang baik, dan bahkan kita menjadi teladan yang dapat ditiru dalam hal kebaikan. Di mana pun kita berada, ada kemungkinan bahwa kita akan meniru dan ditiru. Marilah kita menjadi anak-anak Allah yang berpegang dan hidup dalam kebenaran (1:4, 12). Dalam kehidupan yang Anda jalani hari ini, sudahkan Anda meniru hal yang baik dan menjadi teladan di dalam kebenaran? [SJS]
"Saudaraku yang kekasih, janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik. Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak per nah melihat Allah." 3 Yohanes 1:11