Dalam mata pelajaran social science, anak pertama kami ditugaskan gurunya untuk mencari informasi seputar Mesir. Berbeda dengan zaman saya, ia disarankan gurunya menggunakan mbah Google (disebut mbah, karena dianggap mengetahui hampir segala sesuatu), search engine (mesin pencari) yang paling banyak digunakan saat ini. Berkaca dari pengalaman ini, saya menduga banyak orang Kristen yang juga menggunakan jasa mbah Google untuk mencari berbagai macam informasi tentang hal-hal rohani tertentu. Mungkin setelah mbah Google, layanan jasa terbesar kedua yang sering digunakan adalah Wikipedia. Apakah pencarian informasi seperti ini salah? Terlalu naif jika kita menjawab "ya". Akan tetapi, bahaya besar telah mengintai.
Dalam dunia teologi, legalitas teologi yang sehat selalu pertama-tama harus bercermin langsung pada sumber teologi, yaitu Alkitab, bukan pada tradisi gereja, atau pada teologi yang diusung bapa-bapa gereja, maupun buku tafsir kontemporer. Lalu, dari mana orang percaya mendapat jaminan bahwa informasi yang diberikan Google atau Wikipedia atau sumber lainnya adalah benar? Pada dasarnya, setiap informasi (termasuk informasi dari dunia maya) harus diuji berdasarkan standar kebenaran tertinggi, yaitu Alkitab. Nabi Yesaya menyampaikan firman Tuhan dengan menunjukkan keterbatasan manusia. Selain hidup manusia singkat, pengetahuannya juga terbatas. Satusatunya kebenaran mutlak yang berlaku selama-lamanya adalah firman Tuhan (40:6b-8). Betapa besar risiko memercayai sesuatu yang dianggap atau kelihatan benar. Bukankah radikalisme pun berawal dari pemahaman yang nampaknya benar? Belajarlah dari kesalahan dengan tidak mengulang kesalahan yang sama. Kembalilah kepada Alkitab! [MN]
"Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran." Yohanes 17:17