Pasal ini mencatat munculnya gangguan pada pembangunan ulang Bait Allah yang bersumber dari keinginan sekelompok "penduduk negeri itu" untuk dilibatkan dalam pembangunan. Keinginan mereka ditolak oleh Zerubabel dan Yesua yang tidak mau pembangunan itu dicemarkan oleh sekelompok orang yang imannya tidak murni. Para pengganggu itu adalah keturunan hasil kawin campur bangsa Israel dengan penduduk setempat yang menjalankan kehidupan agama yang sinkretis, yakni menyembah Allah dan sekaligus menyembah berhala (lihat 2 Raja-raja 17:29-41). Penolakan ini membuat mereka sakit hati dan menyogok para penasihat raja Koresy, serta berujung pada penghentian sementara pembangunan (4:1-5, 24). Penulis menyertakan dua cerita lampiran tindakan sejenis yang dilakukan para pengganggu, yaitu mereka menulis surat tuduhan palsu terhadap penduduk Yerusalem (yang sedang membangun tembok Yerusalem) kepada raja Ahasyweros (4:6) dan kepada raja Artahsasta, yang berujung pada penghentian sementara pembangunan tembok itu (4:7-23).
Kisah di atas mengajarkan tentang perlunya menjaga kemurnian iman dalam segala kondisi. Bagi para pemimpin bangsa Israel, kemurnian iman sama sekali tidak boleh dikompromikan, meskipun harga yang harus dibayar berupa gangguan dan tuduhan palsu yang berujung pada penghentian pembangunan. Pada masa kini, kita menghadapi tantangan iman dalam bentuk berbeda. Tantangan iman bisa berbentuk tawaran kemudahan atau kenikmatan hidup, harta yang lebih banyak dan pekerjaan yang lebih baik, atau sebaliknya, yaitu dalam berbagai bentuk ancaman. Dalam segala keadaan, kita tidak boleh mengkompromikan iman kita. Bentuk tantangan iman apakah yang Anda hadapi? Bersediakan Anda berkorban demi kemurnian iman Anda? [TF]
"Bukanlah urusan kita bersama, sehingga kamu dan kami membangun rumah bagi Allah kami, karena kami sendirilah yang hendak membangun bagi TUHAN, Allah Israel, seperti yang diperintahkan kepada kami oleh Kor esy, raja negeri Persia." Ezra 4:3b