Ketekunan Ezra mengajarkan firman Allah akhirnya berhasil membawa reformasi kerohanian di antara bangsa Israel. Jemaah Israel dalam jumlah yang sangat besar berkumpul sambil menangis keras-keras di depan Bait Allah. Di bawah terang firman Allah, mereka merespons seruan Ezra dengan pertobatan sejati yang dibuktikan oleh dua hal: Pertama, mereka mengaku berdosa kepada Allah karena mereka telah melanggar firman Allah. Oleh sebab itu, mereka bertekad menaati firman Allah (10:2-4). Kedua, mereka membuktikan pertobatan mereka dengan kesediaan mengusir perempuan asing yang menjadi istri mereka serta anak-anak hasil perkawinan tersebut (10:7-14). Larangan perkawinan campur itu dimaksudkan untuk menjaga kemurnian iman bangsa Israel, sehingga tidak boleh dijadikan dasar untuk mendukung perceraian di antara umat Allah. Perhatikan bahwa larangan ini selaras dengan larangan menjalin relasi dengan bangsa-bangsa sekitar, supaya bangsa Israel tidak tertular praktik penyembahan berhala (baca Keluaran 34:11-16). Setelah melalui penyelidikan selama 3 bulan, tercatat 111 orang--termasuk 17 imam dan 10 orang Lewi--yang melanggar perintah ini (10:18-44).
Pengalaman bangsa Israel mengungkapkan bahwa reformasi kerohanian hanya terjadi jika firman Allah diajarkan, dipahami, dan ditaati. Pembangunan ulang Bait Allah tidak mampu mencegah terulangnya dosa yang diperbuat oleh nenek moyang bangsa Israel. Hanya setelah firman Allah diajarkan dan ditaati, dosa tersingkap, dan hati mereka tersentuh oleh kuasa firman Allah yang menghasilkan pertobatan dan pembaruan kehidupan. Apakah hidup Anda telah menunjukkan bukti pertobatan dan pembaharuan karena ketaatan kepada firman Allah? [TF]
"Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau." Mazmur 119:9, 11