Memuji TUHAN adalah hal yang sepantasnya dilakukan di sorga (148:1) maupun di bumi (148:7) oleh segala makhluk yang bernafas (150:6), termasuk para raja dan para pembesar (148:11), orang tua dan orang muda (148:12). Dalam bahasa puisi, sang pemazmur bahkan mengajak benda-benda penerang (matahari, bulan, bintang, 148:3), alam (samudera raya, api, hujan, angin, gunung, bukit, pohon, 148:7-9), dan binatang (ular naga, binatang liar, binatang melata, burung, 148:7, 10) untuk ikut memuji TUHAN. Tentu saja ungkapan-ungkapan pemazmur tidak boleh dimaknai secara hurufiah. Kita perlu menyadari bahwa yang dimaksud oleh pemazmur adalah bahwa TUHAN itu amat mulia dan lebih agung dari apa pun yang ada di bumi dan di langit (148:13), sehingga memuji TUHAN merupakan suatu kewajaran (hal yang sudah sepantasnya).
Seluruh ciptaan dalam alam semesta ini seharusnya mengungkapkan kemuliaan (keagungan) Allah. Oleh karena itu, dalam kitab Mazmur, pemazmur sering mengajak umat Allah untuk menari dan memakai segala macam alat musik untuk mengungkapkan keagungan Allah (149:3; 150:3-5). Daud, seorang raja Israel yang terkemuka, pernah mengungkapkan pengagungannya kepada Allah dengan menari-nari saat Tabut Allah diarak ke Yerusalem. Akan tetapi, Mikhal, istrinya sendiri, memandang rendah Daud karena dia tidak memahami keagungan Allah (6:14-16). Apakah Anda menyadari bahwa Allah itu Mahaagung dan sudah sepantasnya menerima pujian dan penyembahan kita? Saat Anda memuji TUHAN dalam ibadah, apakah Anda memuji TUHAN dengan segenap hati? Sebaliknya, apakah Anda merasa merupakan sesuatu yang berlebihan bila Anda memuji TUHAN dengan sepenuh hati? [P]
"Biarlah segala yang ber nafas memuji TUHAN! Haleluya!" Mazmur 150:6