Bagaimana rasanya jika kepada kita dipercayakan suatu hal yang besar? Selalu ada dua kemungkinan, yaitu merasa bangga karena menjadi orang yang terpilih atau merasa gentar karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul. Nubuatan bahwa Sang Imanuel akan dilahirkan dari seorang perempuan muda (perawan, Yesaya 7:14) akan digenapi melalui Maria (Lukas 1:27). Dialah yang terpilih! Ketika menjumpai Maria, malaikat Gabriel memberitahukan rancangan besar Allah melalui dirinya: Ia akan mengandung dan melahirkan Yesus, Sang Juruselamat yang disebut Anak Allah Yang Mahatinggi, dan kerajaan- Nya tidak akan berkesudahan (Lukas 1:31-33). Maria kebingungan karena dia tidak mengerti bagaimana hal itu dapat terjadi, sebab ia belum bersuami. Akan tetapi, kebingungannya terjawab lewat penjelasan malaikat Gabriel (1:35).
Saat mendengarkan penjelasan tersebut, Maria pasti memikirkan konsekuensi logis dari apa yang dipercayakan kepadanya: Yusuf--tunangannya--serta keluarganya sendiri serta masyarakat dapat menyalahpahami dia. Selain itu, apakah dia siap untuk membesarkan seorang anak yang istimewa? Akan tetapi, Allah mengerti ketakutan Maria. Oleh karena itu, Allah yang telah merancang segala sesuatu menyampaikan contoh bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil: Elisabet, sanaknya yang mandul, sedang hamil (1:36). Sebagai respons, Maria memilih untuk tunduk dan berserah dipakai oleh Allah. Renungkanlah sikap Maria yang memilih untuk tunduk sebagai hamba itu. Bila saat ini Allah meminta Anda melakukan sesuatu yang mengandung risiko besar, apakah Anda akan menerima tugas itu atau Anda akan mencaricari alasan untuk menolak? [MT]
Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lukas 1:38a