Bacaan Alkitab hari ini : Matius 17
Matius 17 dimulai dengan kisah Tuhan Yesus menyatakan kemuliaan-Nya kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Mereka bertiga mendapat anugerah untuk melihat Anak Manusia (Tuhan Yesus) datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya (16:28; 17:1-2). Setelah menyatakan diri sebagai Raja yang penuh kemuliaan, Tuhan Yesus mengemukakan tujuan kedatangan-Nya, yaitu bahwa "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." (17:22b-23a). Pernyataan Tuhan Yesus tentang siapa diri-Nya dan tujuan kedatangan-Nya diselingi dengan peristiwa kegagalan para murid untuk percaya (beriman), sehingga mereka gagal mengusir setan (17:14-20).
Pasal ini ditutup dengan tindakan Tuhan Yesus membayar pajak di Bait Allah. Walaupun Tuhan Yesus secara tidak langsung menyatakan bahwa diri-Nya tidak wajib membayar pajak, Dia tetap membayar pajak sesuai dengan kebiasaan orang Yahudi saat itu. Dia tetap membayar pajak agar tidak menjadi batu sandungan bagi pemungut bea Bait Allah. Mengapa Tuhan Yesus tidak wajib membayar pajak? Dalam percakapan dengan Simon Petrus, dikemukakan bahwa seorang 'anak' raja (Dalam Alkitab Bahasa Indonesia, kata 'anak' diterjemahkan/ditafsirkan sebagai 'rakyat') tidak perlu membayar pajak kepada bapaknya (raja). Yang harus membayar pajak adalah orang asing. Karena Bait Allah adalah tempat Allah Bapa berdiam, seharusnya Allah Anak (Yesus Kristus) tidak wajib membayar bea Bait Allah. Akan tetapi, Tuhan Yesus tetap membayar pajak supaya tidak menjadi batu sandungan. Tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain adalah salah satu prinsip hidup Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menghendaki agar tidak ada hambatan bagi orang yang ingin datang kepada-Nya. Paulus memperjelas ajaran ini, yaitu bahwa kebebasannya bertindak jangan sampai menjadi batu sandungan bagi orang lain, baik bagi orang percaya maupun bagi orang yang belum percaya (Roma 14:13-23; 1 Korintus 8:9,13).
Periksalah sikap dan kelakuan Anda saat berada di tempat studi, saat berada di tempat kerja, saat bersosialisasi dengan masyarakat, maupun saat berada di rumah. Apakah ada sikap atau kelakuan Anda yang bisa menjadi batu sandungan, sehingga orang lain terhalang untuk dapat mengenal Tuhan Yesus? [FL]