Bacaan Alkitab hari ini : Kejadian 44
Pasal 44 merupakan kelanjutan kisah perjumpaan (reuni) antara anak-anak Israel, yang akhirnya bisa berjumpa kembali setelah bertahun-tahun terpisah. Tentu saja, saat itu, semua saudara Yusuf sama sekali tidak mengerti mengapa sang penguasa Mesir menaruh minat yang luar biasa pada keluarga mereka, dan bahkan mampu mengatur tempat duduk mereka sesuai dengan urutan usia, mulai dari yang sulung sampai pada yang bungsu. Dalam pasal inil, Yusuf membuat persiapan sebelum akhirnya memperkenalkan diri pada saudara-saudaranya.
Satu hal yang tak mudah dipahami dari pasal ini adalah keputusan Yusuf untuk membuat jebakan dengan memerintahkan ajudannya memasukkan piala peraknya ke karung Benyamin. Apakah maksud dari tindakan tersebut? Pertama, Yusuf hendak memberi pelajaran bagi saudara-saudaranya semua tentang betapa menderitanya orang yang dihukum karena "kesalahan" yang tidak dilakukannya. Bandingkan pengalaman saudara-saudara Yusuf ini dengan perlakuan mereka terhadap Yusuf. Mereka nyaris membunuh Yusuf, padahal Yusuf sama sekali tidak melakukan kesalahan kepada para abangnya, melainkan para abangnyalah yang merasa iri terhadap Yusuf. Melalui pengalaman pahit yang dialami oleh saudara-saudara Yusuf, mereka diingatkan agar tidak berlaku jahat kepada orang lain, sama seperti mereka juga tidak mau dihukum atas suatu kesalahan yang tidak mereka lakukan, Kedua, Yusuf hendak memberikan pelajaran pada semua saudaranya agar berani bertanggung jawab. Ingatlah perbuatan para abang Yusuf yang tidak mau bertanggung jawab, malahan mereka membohongi Yakub atas apa yang mereka lakukan terhadap diri Yusuf (pasal 37). Yehuda—orang yang memprakarsai ide menjual Yusuf sebagai budak—tampil untuk membela Benyamin, bahkan dia menyerahkan dirinya sendiri untuk menempati posisi si bungsu. Perkembangan karakter Yehuda yang amat menonjol dibandingkan sebelumnya nampak dari perkataannya, yaitu bahwa kalau ia gagal membawa Benyamin pulang, ia berdosa terhadap ayahnya (44:32). Terkadang Tuhan membiarkan suatu peristiwa buruk terjadi agar anak-anak Allah belajar bertanggung jawab dan tidak berlaku jahat terhadap sesama, karena Tuhan kita sangat membenci perbuatan jahat. [Sung]