Bacaan Alkitab hari ini : Roma 2
Kita sering mendengar ucapan seseorang yang mengatakan: "Hakim itu manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. Dalam kelemahannya, akhirnya ia menerima suap". Hakim yang seharusnya berbuat adil akhirnya membalikkan fakta keadilan. Yang benar jadi salah dan yang salah jadi benar karena hakim menerima suap. Tentu tidak semua hakim menyimpang seperti itu. Namun, jangan menyamakan Allah dengan manusia. Dalam menghakimi, Allah mempunyai standar penghakiman yang adil.
Standar apa yang dipakai Allah untuk menghakimi manusia berdosa? Sebenarnya, standar penghakiman Allah itu hanya satu dan bersifat universal. Akan tetapi, dalam uraian di Roma 2, Rasul Paulus sengaja membuat pembedaan antara orang Yahudi dan non-Yahudi. Orang non-Yahudi yang berdosa tanpa mengenal hukum Taurat akan dihakimi tanpa hukum Taurat. Standar penghakiman Allah bagi mereka adalah pertimbangan hati nurani dan respons melalui agama atau kepercayaan. Penghakiman Allah kepada mereka berdasarkan penyataan Ilahi yang mereka ketahui dan pahami. Suara hati dan perbuatan mereka menunjukkan iman mereka. Atas dasar itulah mereka dihakimi (2:5-10). Wahyu umum menjadi standar penghakiman Allah bagi mereka yang berada di luar hukum Taurat. Bagi orang Yahudi yang mengenal hukum Taurat, ketika mereka berdosa, mereka akan dihakimi berdasarkan hukum Taurat. Hukum Taurat merupakan wahyu khusus karena hokum Taurat diwahyukan Allah secara langsung kepada umat pilihan-Nya, Israel. Oleh karena itu, ketika mereka berdosa sehingga melanggar kekudusan Allah, mereka dihukum dengan standar yang telah mereka ketahui. Dengan demikian, tiap-tiap orang akan dihakimi secara adil. Dalam menghakimi, Allah tidak pandang bulu atau pilih kasih (2:11).
Sebagai orang percaya, suara hati kita akan memberontak saat kita berbuat dosa. Selain memiliki hati nurani sebagai pertimbangan baik dan buruk, kita juga memiliki firman Tuhan yang mengoreksi segala dosa dan kesalahan kita. Kita harus mempunyai kepekaan yang dalam saat ditegur oleh firman-Nya, dan kita harus segera bertobat. Jangan menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya, dan kelapangan hati-Nya (2:4). Jangan berbuat dosa lagi supaya kita tidak dihukum, sebab Allah tidak memandang bulu (Ulangan 10:17). [Souw]