Bacaan Alkitab hari ini : Keluaran 20:16 (Hukum Kesembilan)
Dalam konteks asli dari hukum kesembilan ini, Allah menghendaki agar orang tidak berdusta dalam konteks bersaksi di persidangan. Persidangan semestinya menegakkan keadilan, sehingga setiap pribadi yang bersaksi di dalamnya harus mengatakan yang benar, seperti dicatat di dalam Amsal 12:17, "Siapa mengatakan kebenaran, menyatakan apa yang adil." Namun, hingga saat ini, masih ada orang yang mengatakan hal-hal yang tidak jujur dalam suatu sidang peradilan. Ia yang bersaksi dusta dalam persidangan hendaklah memperhatikan firman Tuhan yang berkata, "Tipu daya ada di dalam hati orang yang merencanakan kejahatan" (Amsal 12:20). Baik disadari maupun tidak, orang tersebut telah terlibat dalam upaya yang dinilai merencanakan kejahatan, sehingga perbuatan menjadi saksi dusta ini merupakan kekejian bagi Tuhan Allah (Amsal 12:22).
Selain di dalam konteks persidangan, hukum kesembilan ini juga mengatur perkataan seseorang kepada sesamanya dalam interaksi antarpribadi setiap hari. Allah adalah sumber kebenaran dan Allah tidak mungkin berdusta (Bilangan 23:19). Standar yang Allah kehendaki untuk terjadi dalam kehidupan kita adalah kesempurnaan, sama seperti Bapa di sorga adalah sempurna (Matius 5:48). Dengan demikian, seharusnya yang menjadi acuan dalam relasi kita dengan sesama adalah tidak mengatakan kebohongan sama sekali. Zakharia 8:16 menegaskan, "Berkatalah benar seorang kepada yang lain dan laksanakanlah hukum yang benar, yang mendatangkan damai di pintu-pintu gerbangmu." Jadi, mengatakan kebenaran akan mewujudkan damai sejahtera di dalam hidup ini. Sebaliknya, sadarilah bahwa mendustai sesama adalah tindakan yang dibenci Allah (Zakharia 8:17).
Dalam hidup ini, ada beragam tuntutan terhadap kejujuran dalam bertutur kata maupun dalam bersikap. Misalnya, di setiap persidangan, kita tentu diminta untuk bersaksi secara benar. Saat membuat tulisan ilmiah dalam konteks pendidikan, jelas bahwa kita dilarang membuat karya yang tidak memenuhi kaidah kejujuran dalam penulisan. Namun, dalam interaksi sosial setiap hari, walaupun berbohong adalah salah secara etis, kebohongan belum tentu mendatangkan sanksi sosial yang besar. Sekalipun demikian, ingatlah bahwa dusta itu kekejian di mata Allah dan dusta dibenci oleh Allah. [Pdt. Emanuel Cahyanto Wibisono]