Bacaan Alkitab hari ini : Lukas 12:54-59
Kita hidup dalam dunia yang terus berubah mengikuti zaman yang tak pernah berhenti berubah. Perubahan zaman ini "memaksa" gereja untuk ikut berubah (beradaptasi) agar gereja tidak tersingkir dan tetap dapat menjalankan fungsinya dalam dunia. Arus perubahan zaman ini tidak bisa dihentikan oleh siapa pun atau oleh kekuatan apa pun.
Bagaimana sikap Gereja dalam menghadapi perubahan zaman? Di sepanjang sejarah gereja, setiap zaman selalu memiliki ciri yang menonjol. Saat ini, kita berada pada zaman informasi. Arus informasi yang sangat pesat membuat banyak orang tidak memiliki fokus (terombang-ambing) dalam hidupnya. Arus nilai dunia yang begitu kuat membuat banyak orang bimbang dalam memilih mana berita yang benar dan mana yang hoax. Ada orang yang menolak kemajuan teknologi dan terus melanjutkan gaya pelayanan yang lama, tetapi ada orang yang memanfaatkan kemajuan teknologi untuk membuat pelayanan menjadi lebih efektif. Kemajuan teknologi bisa memudahkan kita dalam segala hal serta mengefisienkan waktu dan tenaga, tetapi bisa pula membuka akses ke arah hal yang negatif (penyebaran berita hoax, modus penipuan, dan sebagainya). Gereja harus belajar menilai zaman agar bisa memberi pelayanan yang tepat (sesuai dengan perubahan zaman).
Tuhan Yesus menegur orang banyak dengan keras atas ketidakpekaan mereka terhadap kondisi zaman. Mereka dapat melihat fenomena alam dengan jelas, tetapi mereka tidak bisa melihat krisis rohani yang ada di depan mata. Dengan mata jasmani, mereka bisa melihat dan menilai segala sesuatu. Akan tetapi, kebutaan rohani membuat mereka tidak bisa melihat krisis rohani yang ada di depan mata. Sebagai murid Tuhan Yesus, seharusnya mereka dapat melihat betapa seriusnya krisis rohani yang ada saat ini. Banyak orang meninggalkan Tuhan, memilih jalan sendiri dan hidup dalam dosa, hidup tanpa arah. Krisis rohani saat ini (ciptaan meninggalkan Sang Pencipta) merupakan masalah serius, bahkan merupakan tragedi yang serius, Tuhan Yesus datang ke dalam dunia untuk mati di kayu salib guna memulihkan relasi antara ciptaan (manusia) dan Sang Pencipta (Tuhan). Tuhan Yesus menyebut orang yang acuh tak acuh terhadap krisis rohani sebagai orang munafik atau orang fasik atau orang bodoh. Teguran Tuhan Yesus yang keras ini berlaku juga bagi setiap orang percaya di sepanjang zaman. [GI Laazar Manuain]