Bacaan Alkitab hari ini : Markus 1:1-13
Memiliki status VIP mendatangkan banyak keuntungan bagi orang yang memilikinya: Tidak perlu terlibat dalam antrian panjang di tengah teriknya matahari, tidak menerima konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukan karena memiliki koneksi dengan orang penting, merasa pantas mendapatkan penghormatan dan penghargaan karena jasanya dalam pekerjaan atau pelayanan, dan seterusnya.
Tuhan Yesus melampaui status sebagai VIP atau bahkan VVIP. Injil Markus menggambarkan Yesus sebagai Kristus (Mesias: Yang Diurapi), sebuah gelar yang mendeskripsikan siapa Yesus yang sesungguhnya. Tidak mengherankan jika Injil Markus dimulai dengan gambaran kedatangan Seorang Raja yang biasanya diawali oleh kedatangan utusan yang mempersiapkan kedatangan Sang Raja (1:1-5). Sang utusan—yaitu Yohanes—memberi kesaksian tentang siapa Kristus dengan berkata: "Sesudah aku akan datang ia yang lebih berkuasa dari padaku... Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus." (1:7-8). Yang menarik, Yesus Kristus memilih untuk tidak mengambil keuntungan melalui status-Nya sebagai Kristus—Sang Anak Allah—untuk mendapatkan kenyamanan.
Selain itu, Yesus Kristus yang tidak perlu dibaptis, memilih untuk dibaptis oleh orang yang lebih pantas Ia baptis (pertimbangkan siapa yang lebih berotoritas)! Bayangkan berapa banyak waktu, tenaga, dan uang yang harus Dia keluarkan untuk menempuh perjalanan dari Nazaret di tanah Galilea ke sungai Yordan (1:9). Yesus Kristus menundukkan diri-Nya dipimpin Roh Kudus ke padang gurun untuk mengalami pencobaan oleh Iblis (1:12-13). Apakah Dia tidak tahu bahwa usaha Iblis itu hanya membuang-buang waktu-Nya? Dia tahu, tetapi toh Dia tetap memilih untuk tetap menjalani semuanya itu.
Tidak semua orang dengan status sebagai VIP terang-terangan mengekspresikan kelegaannya karena menikmati berbagai fasilitas dan keuntungan yang disediakan bagi seorang VIP. Sebaliknya, bagi kita yang ’kurang beruntung’ karena tidak memiliki status sebagai VIP, sangat baik jika kita tetap menyelidiki apakah keinginan memperoleh kenyamanan telah menyelinap dalam hati kita? Saat keinginan seperti itu timbul, jagalah hati Anda dengan segala kewaspadaan! Pertanyaan penting selanjutnya adalah apakah Anda rela dengan penuh kesadaran untuk menolak kenyamanan demi menjalani sebuah perjalanan yang tidak mudah, namun sehat karena sesuai dengan kehendak Allah? [GI Mario Novanno]