Bacaan Alkitab hari ini : Markus 3:1-12
Setiap kali tergerak untuk mengajar, menyembuhkan orang sakit atau mengusir setan, motivasi Tuhan Yesus sangat jelas: Dia digerakkan oleh belas kasihan (Markus 1:4; Matius 9:36; 14:14; bandingkan dengan Markus 8:2; Lukas 7:19, dan sebagainya). Sedemikian besar belas kasihan Tuhan Yesus sehingga seringkali Ia rela mengorbankan waktu dan energi-Nya untuk menolong orang sakit atau orang yang dirasuk setan. Belas kasihan membawa Tuhan Yesus ke dalam situasi yang membahayakan reputasi–Nya, bahkan mengancam nyawa-Nya. Berulang kali Dia berhadapan dengan kenyataan bahwa Ia menabrak tembok tebal tradisi Sabat sehingga Ia bertentangan langsung dengan para penegak tradisi. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Tuhan Yesus membongkar tradisi sakral—yaitu tradisi Sabat—dengan menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya. Tuhan Yesus pasti sadar bahwa banyak mata yang mengamat-amati diri-Nya untuk mencari bukti guna dipakai untuk menjatuhkan diri-Nya dengan mempersalahkan Dia. Akan tetapi, Tuhan Yesus justru menunjukkan bahwa belas kasihan harus menang terhadap tradisi. Tidak ada sedikit pun kegentaran dalam diri-Nya saat Ia dengan sengaja mempertontonkan belas kasihan-Nya dengan menyembuhkan orang lumpuh di tengah ruangan rumah ibadat itu (3:1-5). Akibatnya, orang-orang Farisi segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian (yang biasanya menjadi musuh politik orang-orang Farisi) untuk membunuh Tuhan Yesus.
Sebagai manusia yang memiliki hati nurani, kita dapat merasa iba ketika melihat ada orang-orang yang tidak seberuntung diri kita. Mungkin kita memiliki keinginan untuk menolong orang-orang yang sedang bergumul dengan pernikahan mereka, kesehatan mereka, keuangan mereka, bisnis mereka, bahkan kesalahan dan dosa mereka. Akan tetapi, cukup sering bahwa dalam waktu yang singkat, keinginan itu padam saat kita mulai berhitung: Bila saya mendampingi orang itu, bagaimana bila pekerjaan saya terganggu? Berapa banyak waktu yang harus saya habiskan? Berapa uang yang harus saya keluarkan? Pehitungan untung-rugi mendasari tindakan kita. Akibatnya, bara belas kasihan kita dipadamkan oleh kekikiran kita. Kita lupa bahwa kita adalah orang-orang yang berhutang besar, sedemikian besarnya sampai kita tidak dapat melunasi hutang kita! Kita lupa bahwa sebenarnya kita adalah penerima belas kasihan Tuhan yang besar! [GI Mario Novanno]