Kemenangan demi kemenangan diraih oleh Gideon. Pada awalnya, tindakan Gideon diremehkan oleh orang-orang sebangsanya. Misalnya, saat Gideon meminta roti untuk memberi makan pasukannya yang kelelahan, orang-orang Sukot dan orang-orang Pnuel menolak, bahkan meremehkan Gideon yang dianggap tidak mungkin bisa mengalahkan Zebah dan Salmuna?raja-raja Midian?bersama dengan lima belas ribu pasukan Midian yang masih tersisa. Berkat pertolongan Tuhan, Gideon bisa dengan mudah menawan raja-raja Midian dan mencerai-beraikan pasukannya. Setelah memenangkan pertempuran, Gideon mendatangi orang-orang Sukot dan orang-orang Pnuel serta menghukum mereka karena sikap mereka yang telah berani memandang rendah dirinya. Para tua-tua Sukot dihajar dengan duri padang gurun dan onak, menara Pnuel dirobohkan, dan penduduk Pnuel dibunuh. Setelah itu, Gideon membunuh Zebah dan Salmuna (8:5-21).
Kemenangan besar yang diraih Gideon atas orang-orang Midian membuat orang Israel mengangkat dia menjadi penguasa (hakim) atas orang Israel (8:22). Mereka bersedia tunduk dan diperintah oleh Gideon. Akan tetapi, sikap Gideon di luar dugaan. Gideon menolak tawaran itu dan menyatakan bahwa Tuhanlah yang memerintah (8:23). Kesadaran Gideon bahwa Tuhanlah Raja sesungguhnya yang memerintah orang Israel amat mengagumkan. Sayang, gagasan Gideon untuk membuat baju Efod dari emas menjadi jerat bagi dirinya karena baju Efod itu kemudian disembah oleh orang Israel (8:24-27).
Kisah kepemimpinan Gideon ini mengajarkan tiga hal penting bagi setiap orang yang berhasil mencapai puncak kesuksesan: Pertama, saat kita berada dalam posisi puncak kesuksesan, kita akan digoda untuk membanggakan jasa dan kemampuan diri sendiri, serta digoda untuk menyingkirkan kesadaran akan anugerah Allah. Kedua, setelah mencapai puncak kesuksesan, kita harus tetap waspada agar tidak jatuh dan menghancurkan sendiri semua usaha yang telah kita bangun selama bertahun-tahun. Perjuangan iman adalah perjuangan seumur hidup. Ketiga, setiap orang yang telah mencapai kesuksesan perlu memikirkan apa yang hendak diwariskan kepada generasi berikutnya. Sungguh tragis bila usaha yang kita bangun bertahun-tahun akhirnya diruntuhkan oleh penerus atau ahli waris kita.