Kemenangan Yefta atas orang Amon seharusnya di sambut oleh orang Israel dengan sukacita karena orang Amon adalah bangsa yang selama ini telah menindas dan menghantui kehidupan orang Israel. Berkat anugerah dan pertolongan Tuhan, Yefta bisa mengalahkan mereka. Akan tetapi, berita kemenangan ini dianggap negatif oleh orang-orang Efraim. Bukannya bersukacita, mereka malah amat marah terhadap Yefta. Mereka sengaja menyeberang ke Zafon hanya untuk memarahi Yefta karena merasa tidak diajak berperang bersama. Kemarahan membuat mereka mengancam hendak membakar rumah Yefta beserta seluruh keluarganya. Mereka marah karena mereka mengharapkan pujian, padahal mereka tidak mau bersusah payah ikut berperang. Sikap yang sama pernah mereka tujukan pada Gideon (Hakim 8:1-3). Akan tetapi, sikap Yefta terhadap orang Efraim berbeda dengan sikap Gideon. Gideon memuji orang Efraim untuk meredakan kemarahan mereka, sedangkan Yefta secara terus terang mengatakan bahwa dia sudah mengajak mereka melawan musuh, tetapi mereka tidak mau. Kedua peristiwa tersebut menunjukkan bahwa orang Efraim memiliki kecenderungan mengeluh yang kronis. Yefta meyakini bahwa Tuhanlah yang menyerahkan orang Amon ke dalam tangannya. Tidak sepatutnya orang Efraim memprotes! Selanjutnya, Yefta mengumpulkan orang-orang Gilead untuk berperang melawan orang Efraim. Akhirnya, keegoisan orang Efraim yang tidak realistis itu berbuah dengan kekalahan yang membuat empat puluh dua ribu orang tewas (12:4-6).
Orang Kristen juga bisa memiliki sikap egois yang tidak realistis. Bila kita merasa direndahkan karena keinginan kita tidak tercapai atau kita merasa bahwa keberadaan kita diabaikan, lalu kita marah dan mengancam orang yang kita anggap merendahkan diri kita, ingatlah bahwa sikap semacam itu merupakan sikap egois yang dampaknya akan merugikan diri kita sendiri. Penting bagi kita untuk selalu menyadari bahwa keberhasilan kita selalu selalu berkaitan dengan pertolongan dan campur tangan Tuhan dalam hidup kita. Bila kita sadar bahwa apa yang kita capai dan apa yang orang lain capai merupakan bukti pemeliharaan Tuhan yang bersifat khusus bagi masing-masing orang, kesadaran ini akan mencegah kita bersikap egois karena merasa iri terhadap keberhasilan sesama kita.