Pengantar Efesus
Dipersatukan Dalam Kristus
Surat Efesus ditulis oleh Rasul Paulus selama masa penahanannya di Roma, sekitar tahun 61-62. Pesan utama surat Efesus adalah kesatuan dalam Kristus. Pesan utama muncul secara eksplisit pertama sekali di Efesus 1:9-10, di situ dinyatakan bahwa Allah telah memberitahukan kepada kita rahasia kehendak-Nya, yaitu "untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi". Mempersatukan segala sesuatu dalam Kristus berkaitan dengan dua wilayah, yaitu sorga dan bumi. Jemaat-khususnya yang berkaitan dengan orang-orang Yahudi dan non-Yahudi-mewakili segala sesuatu yang ada di bumi. Pemisahan antara orang-orang Yahudi dan non-Yahudi yang saling bermusuhan (2:11-22) merupakan hambatan yang perlu diatasi agar tujuan ilahi untuk mempersatukan segala sesuatu dalam Kristus dapat digenapi. Sebagian besar dari surat ini ditulis untuk menjelaskan langkah-langkah yang telah diambil Allah dalam proses mempersatukan segala sesuatu di dalam Kristus.
Surat kepada jemaat di Efesus ini terdiri dari dua bagian yang berbeda namun saling terkait, yaitu pasal 1-3 yang berisi pengajaran dan pasal 4-6 yang berisi nasihat moral. Surat Efesus menyajikan teologi dan etika secara seimbang, dengan landasan teologi pada pasal 1-3 sebagai fondasi bagi etika pada pasal 4-6. Pasal 1-3 terdiri dari ucapan berkat dan doa (1:3-23), yang menyediakan kerangka untuk penyelesaian rencana kekal Allah untuk mempersatukan segala sesuatu di dalam Kristus (2:1-3:13). Paruh pertama dari surat ini disimpulkan dengan sebuah kalimat tunggal berupa pujian kepada Allah yang di dalamnya, Allah dipuji sebagai Pribadi yang "dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan" (3:20-21).
Paruh kedua dari Surat Efesus (pasal 4-6) berisi nasihat yang didasarkan pada fondasi keberadaan mereka yang telah dipersatukan di dalam Kristus. Setelah menasihati jemaat untuk memelihara kesatuan melalui keberagaman pelayanan (4:1-16), Rasul Paulus mengontraskan kehidupan manusia lama dan manusia baru (4:17-32) serta kehidupan anak-anak terang dan anak-anak gelap (5:1-21). Kemudian, ia memberikan nasihat bagi setiap anggota rumah tangga Kristen (5:22-6:9), lalu nasihat itu memuncak kepada panggilan terhadap setiap orang percaya untuk menjadi kuat di dalam Tuhan dan mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah saat memasuki peperangan rohani melawan tipu muslihat Iblis (6:10-20). [GI Edy Gurning]
Rasul Paulus mengawali suratnya dengan memperkenalkan dirinya sebagai penulis Surat Efesus dan menambahkan identitas dirinya sebagai "rasul Kristus Yesus." Penyebutan diri sebagai seorang rasul Kristus bukan hanya untuk menunjukkan bahwa Paulus adalah milik Kristus, tetapi hendak menegaskan otoritas penuh yang ia miliki sebagai utusan Kristus dalam memberitakan Injil kepada orang-orang non-Yahudi, baik secara lisan maupun tulisan.
Selanjutnya, Rasul Paulus memuji Allah karena-di dalam Kristus-Allah Bapa telah mengaruniakan segala berkat rohani kepada orang-orang percaya (1:3-14). Sumber berkat tersebut adalah Allah Bapa (1:3) dan dikaruniakan secara khusus "kepada kita", anak-anak-Nya (1:3). Ber-kat rohani itu ada "di dalam Kristus" (1:3). Frasa "di dalam Kristus" atau "di dalam Dia" yang muncul berulang kali (1:3,4,6,7,10,11,13) menunjukkan peran utama Kristus Yesus yang memungkinkan berkat rohani ini bisa kita nikmati. Di dalam Kristus, Allah telah memilih kita menjadi anak-anak-Nya (1:5). Di dalam Kristus, saat ini, kita "beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa" (1:7). Di dalam Kristus, Allah menyatakan kepada kita rahasia kehendak-Nya tentang masa yang akan datang (1:9), yaitu rencana untuk mempersatukan-di dalam Kristus-segala sesuatu yang ada di bumi dan di sorga, dan Kristus telah ditetapkan untuk menjadi Kepala atas segala sesuatu (1:10). Di dalam Kristus, orang-orang Yahudi ("kami") mendapat bagian dari janji Allah (1:11-12). Di dalam Kristus, orang-orang non-Yahudi ("kamu") yang percaya Kristus, juga adalah milik Allah dan beroleh Roh Kudus (1:13-14).
Kita sering lupa bahwa kita telah, sedang, dan akan terus diberkati oleh Allah Bapa. Kita sering tidak menyadari berkat Allah atas diri kita. Hal ini terjadi bila kita menyamakan berkat Allah dengan berkat materi yang ditekankan dalam Perjanjian Lama. Di sini, Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa ada satu berkat yang tidak akan pernah dicuri dan tidak akan pernah rusak, yaitu berkat rohani yang dikaruniakan Allah Bapa kepada orang-orang yang ada di dalam Kristus. Untuk melawan lupa, kita harus terus mengingatkan diri kita akan berkat-berkat rohani yang dikaruniakan kepada kita di dalam Kristus. Ingatan ini akan mendorong hati kita untuk memuji Allah Tritunggal yang memungkinkan berkat ini kita nikmati, kini di bumi ini dan nanti di langit baru dan bumi baru bersama semua orang percaya dari berbagai suku bangsa. [GI Edy Gurning]