Sifat egois adalah karakter yang sangat dibenci Tuhan. Sifat egois membuat seseorang tidak memedulikan Tuhan maupun sesama. Melalui kehidupannya, Rasul Paulus memberikan teladan yang hebat. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri. Ia selalu mengutamakan orang lain, termasuk saat ia sendiri berada dalam penjara. Salah satu wujud kepedu-liannya terhadap orang lain adalah bahwa ia selalu memikirkan dan mengusahakan pertumbuhan kerohanian orang-orang yang pernah ia layani. Karena ia sendiri telah mempraktikkan sikap kepedulian terhadap orang lain, Rasul Paulus berani menasihati agar tiap-tiap orang jangan hanya memperhatikan kepentingan dirinya sendiri, tetapi memperhatikan kepentingan orang lain juga (2:4).
Rasul Paulus mengutamakan kepentingan orang lain karena ia meneladani Yesus Kristus yang tidak mementingkan diri-Nya sendiri. Walaupun disakiti oleh kesombongan dan ketidaktaatan manusia, Kristus tetap memikirkan dan mengutamakan kepentingan manusia berdosa. Ia rela mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dalam keadaan sebagai ma-nusia, Ia merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di atas kayu salib untuk mengupayakan keselamatan manusia berdosa (2:6-8). Perbuatan mulia Yesus Kristus inilah yang membuat Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, sehingga seluruh penghuni alam semesta ini bertekuk lutut dan semua orang mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. (2:9-11)
Bagaimana dengan diri Anda? Apakah Anda sudah mempraktik-kan kehidupan yang mementingkan kepentingan orang lain? Jika belum, ikutikah teladan Rasul Paulus yang telah lebih dahulu meneladani kehi-dupan Yesus Kristus (bandingkan dengan 1 Korintus 11:1). Sebagaimana Kristus mengasihi dan memikirkan kepentingan orang berdosa, kita pun harus mengasihi dan memikirkan kepentingan sesama. Bila setiap orang percaya dipenuhi oleh kasih Kristus dan oleh rasa belas kasihan kepada orang lain, khususnya mereka yang sedang bergumul menghadapi berbagai macam penderitaan, pasti akan ada kesatuan di antara orang-orang percaya. Walaupun adanya perbedaan tak mungkin dihindarkan, Roh Kudus akan mempersatukan orang percaya, sehingga kita bisa menjadi sehati sepikir dalam satu kasih, satu jiwa, dan satu tujuan (2:1-2).